Ilustrasi: Reaksi Sistem Tubuh Terhadap Protein Pemicu
Alergi makanan adalah respons sistem imun yang salah terhadap protein dalam makanan yang seharusnya tidak berbahaya. Di antara berbagai jenis alergi, alergi daging sapi, meskipun relatif jarang dibandingkan alergi kacang atau susu, dapat menimbulkan reaksi yang signifikan dan terkadang mengancam jiwa. Memahami bagaimana alergi ini terjadi, mengenali gejalanya, serta mengetahui langkah penanganan yang tepat adalah kunci untuk mengelola kondisi ini.
Alergi daging sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengidentifikasi protein tertentu dalam daging merah—terutama daging sapi—sebagai zat asing yang berbahaya. Sebagai respons, tubuh melepaskan antibodi yang disebut Imunoglobulin E (IgE). Pelepasan IgE ini kemudian memicu pelepasan zat kimia seperti histamin, yang menyebabkan gejala alergi.
Penting untuk membedakan antara alergi daging sapi sejati dengan intoleransi laktosa (yang terkait dengan produk olahan susu sapi) atau intoleransi daging (yang kadang dikaitkan dengan sindrom alfa-gal).
Pada kasus alergi daging sapi yang umum terjadi pada anak-anak, pemicunya sering kali adalah protein yang disebut Beta-Lactoglobulin, yang juga ditemukan dalam susu sapi. Namun, pada alergi yang berkembang pada orang dewasa (terutama setelah gigitan kutu tertentu di Amerika), pemicunya adalah gula yang disebut Alpha-Gal.
Gejala alergi daging sapi dapat bervariasi dari ringan hingga parah, dan biasanya muncul dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam setelah konsumsi. Waktu munculnya gejala sangat membantu dalam mengidentifikasi penyebab alergi.
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang paling serius dan membutuhkan perhatian medis darurat. Gejala meliputi:
Jika Anda atau seseorang menunjukkan tanda-tanda anafilaksis, segera hubungi layanan darurat setempat.
Penyebab pasti mengapa seseorang mengembangkan alergi daging sapi sering kali tidak diketahui sepenuhnya. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko:
Diagnosis alergi daging sapi memerlukan pemeriksaan medis menyeluruh. Dokter alergi biasanya akan merekomendasikan:
Saat ini, satu-satunya cara efektif untuk mengelola alergi daging sapi adalah dengan menghindari total konsumsi daging sapi dan produk turunannya. Bagi mereka yang alerginya disebabkan oleh Alpha-Gal, mereka juga harus menghindari daging dari mamalia lain.
Untuk penanganan darurat saat terjadi reaksi, penderita yang sudah terdiagnosis biasanya membawa Epinefrin Auto-Injector (EpiPen). Obat ini harus segera disuntikkan jika gejala alergi mulai memburuk, diikuti dengan kunjungan ke ruang gawat darurat.
Menghindari daging sapi dalam diet membutuhkan kewaspadaan ekstra, terutama saat makan di luar rumah. Selalu periksa label bahan. Ingat bahwa beberapa kaldu, saus, dan bahkan beberapa jenis vitamin yang mengandung gelatin (berasal dari kolagen hewan) mungkin berasal dari sapi.
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memastikan Anda tetap mendapatkan asupan zat besi dan nutrisi penting lainnya yang biasanya didapatkan dari daging merah. Alternatif protein yang aman meliputi unggas (ayam, kalkun), ikan, telur, dan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan tahu.