Dunia mikroskopis menyimpan keajaiban yang sering terlewatkan oleh pandangan kita sehari-hari. Salah satu kelompok organisme yang paling vital dan menarik adalah alga hijau biru. Kelompok ini secara teknis dikenal sebagai Cyanobacteria, bakteri fotosintetik yang telah ada di Bumi selama miliaran tahun, jauh sebelum tanaman darat berevolusi.
Istilah alga hijau biru sering digunakan untuk merujuk pada organisme bersel tunggal atau kolonial yang mampu melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen, seperti alga sejati. Namun, secara klasifikasi ilmiah, mayoritas organisme yang kita sebut "alga biru" sebenarnya adalah bakteri (Cyanobacteria), sementara alga hijau adalah eukariota. Meskipun berbeda klasifikasi, keduanya memiliki kesamaan fungsi ekologis penting: produksi oksigen dan penangkapan karbon.
Keunikan alga hijau biru terletak pada pigmen mereka. Mereka mengandung klorofil a (sama seperti tumbuhan) dan fikobiliprotein, terutama fikosianin (yang memberikan warna biru) dan fikoeritrin (yang memberikan warna merah atau ungu). Kombinasi pigmen inilah yang memungkinkan mereka menyerap spektrum cahaya yang lebih luas, membuat mereka sangat efisien dalam lingkungan air yang berbeda.
Peran ekologis dari organisme yang mengandung komponen alga hijau biru tidak bisa dilebih-lebihkan. Mereka adalah produsen primer di banyak ekosistem perairan, baik laut maupun air tawar. Mereka membentuk dasar rantai makanan. Lebih penting lagi, miliaran tahun yang lalu, Cyanobacteria adalah agen utama yang mengubah atmosfer primitif Bumi menjadi kaya oksigenāsebuah peristiwa yang dikenal sebagai Oksigenasi Besar.
Di lingkungan modern, mereka tetap menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Di samudra, mereka menyediakan sebagian besar oksigen yang kita hirup. Di darat, spesies tertentu mampu melakukan fiksasi nitrogen, mengubah nitrogen atmosfer yang tidak dapat digunakan oleh tanaman menjadi amonia yang tersedia secara hayati. Ini adalah proses vital dalam siklus nutrisi global.
Selain manfaat ekologisnya, studi tentang alga hijau biru telah membuka pintu bagi berbagai aplikasi bioteknologi dan kesehatan. Salah satu contoh paling terkenal adalah Spirulina platensis (Arthrospira), sebuah sianobakteri yang kaya protein, vitamin (terutama B12), dan mineral.
Saat ini, alga hijau biru dieksplorasi sebagai sumber biofuel generasi berikutnya karena kemampuan mereka memproduksi lipid. Selain itu, pigmen biru yang mereka hasilkan, Fikosianin, kini banyak digunakan sebagai pewarna makanan alami yang aman, menggantikan pewarna sintetis. Dalam bidang farmasi, ekstrak dari beberapa spesies menunjukkan sifat antioksidan dan anti-inflamasi yang menjanjikan.
Meskipun bermanfaat, pertumbuhan alga secara berlebihan, yang sering disebut 'algal bloom' atau ledakan alga, bisa menjadi masalah serius. Ketika nutrisi (terutama fosfor dan nitrogen dari limpasan pertanian) terlalu banyak, populasi alga hijau biru dapat meledak secara cepat. Ledakan ini, terutama jika melibatkan spesies penghasil racun (cyanotoxins), dapat mencemari sumber air minum dan membahayakan hewan serta manusia.
Memahami ekologi dan memantau pertumbuhan organisme ini sangat penting untuk mengelola kualitas air. Penelitian terus berlanjut untuk menemukan cara memanfaatkan potensi besar dari alga hijau biru sambil memitigasi risiko yang ditimbulkannya dalam kondisi lingkungan yang tidak seimbang. Organisme mikroskopis ini benar-benar merupakan kunci menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.