Pendidikan bukan hanya domain anak-anak. Seiring bertambahnya usia, cara kita belajar pun berubah secara fundamental. Konsep inilah yang menjadi inti dari teori Andragogi Malcolm Knowles. Knowles, seorang tokoh terkemuka dalam pendidikan orang dewasa, mengubah paradigma lama bahwa orang dewasa harus dididik dengan metode yang sama seperti anak-anak (pedagogi).
Seni berdiskusi dan berbagi pengalaman.
Apa Itu Andragogi?
Secara harfiah, andragogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu 'aner' (orang dewasa) dan 'agogos' (pembimbing). Jadi, andragogi adalah seni dan ilmu membantu orang dewasa untuk belajar. Perbedaan utama antara pedagogi (pendidikan anak) dan andragogi terletak pada asumsi dasar mengenai diri pembelajar dewasa. Malcolm Knowles merumuskan lima asumsi inti yang mendasari proses belajar orang dewasa.
Lima Asumsi Dasar Andragogi Knowles
Keberhasilan pendidikan orang dewasa sangat bergantung pada bagaimana pengajar memahami sifat dan kebutuhan intrinsik para peserta didik. Knowles mengidentifikasi lima asumsi kunci yang harus diakomodasi dalam desain pembelajaran:
- Kebutuhan untuk Mengetahui (The Need to Know): Orang dewasa perlu memahami mengapa mereka perlu mempelajari sesuatu sebelum mereka termotivasi untuk belajar. Materi harus relevan dan aplikatif segera.
- Konsep Diri Pembelajar (The Learner’s Self-Concept): Ketika seseorang tumbuh dewasa, ia bergerak dari ketergantungan (seperti anak-anak) menuju kemandirian. Mereka ingin dipandang sebagai individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dalam proses belajar mereka.
- Peran Pengalaman (The Role of Experience): Orang dewasa membawa kekayaan pengalaman hidup yang luas ke dalam sesi pembelajaran. Pengalaman ini adalah sumber belajar yang sangat berharga, dan proses belajar harus melibatkan refleksi dan integrasi pengalaman tersebut.
- Kesiapan untuk Belajar (Readiness to Learn): Orang dewasa menjadi paling siap belajar ketika mereka merasakan adanya kebutuhan terkait peran sosial atau situasi hidup yang sedang mereka hadapi (misalnya, promosi jabatan, perubahan hidup).
- Orientasi Belajar (Orientation to Learning): Belajar orang dewasa cenderung berorientasi pada masalah (problem-centered) dan bukan berorientasi pada subjek (subject-centered). Mereka ingin belajar hal-hal yang dapat mereka gunakan untuk memecahkan tantangan nyata dalam hidup atau pekerjaan mereka.
Prinsip Keenam: Motivasi
Selain lima asumsi di atas, Knowles kemudian menambahkan prinsip keenam: Motivasi. Motivasi belajar orang dewasa sebagian besar bersifat internal (motivasi intrinsik), seperti peningkatan kualitas hidup, kepuasan pribadi, atau pengakuan profesional. Faktor eksternal seperti nilai atau nilai ujian cenderung memiliki dampak yang lebih kecil dibandingkan motivasi dari dalam diri.
Implikasi Praktis dalam Desain Pembelajaran
Teori andragogi Malcolm Knowles secara dramatis mengubah peran instruktur. Instruktur tidak lagi dilihat sebagai sumber utama pengetahuan yang harus "diisi" ke dalam kepala peserta didik, melainkan bertindak sebagai fasilitator atau katalisator.
Fasilitator yang baik akan:
- Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan kolaboratif.
- Menghubungkan materi baru dengan pengalaman peserta didik.
- Mendorong partisipasi aktif dan dialog.
- Memungkinkan peserta didik untuk mengambil kepemilikan atas rencana belajar mereka (self-direction).
Kesimpulan
Memahami andragogi Malcolm Knowles adalah kunci bagi siapa pun yang berinteraksi dalam konteks pelatihan korporat, pendidikan berkelanjutan, atau pengembangan profesional. Dengan mengakui orang dewasa sebagai pembelajar yang mandiri, kaya pengalaman, dan berorientasi pada tujuan, pendidik dapat merancang pengalaman belajar yang jauh lebih efektif, relevan, dan memuaskan. Andragogi mengajarkan bahwa belajar adalah proses seumur hidup yang paling baik terjadi ketika individu merasa dihormati dan terlibat secara aktif dalam menentukan arah pembelajaran mereka sendiri.