Surah Al-Anfal (الأنفال) adalah surah ke-8 dalam Al-Qur'an yang diturunkan di Madinah setelah Perang Badar. Nama "Al-Anfal" sendiri berarti "Harta Rampasan Perang," dan surah ini secara khusus membahas hukum dan etika pembagian rampasan perang, serta memberikan pedoman mengenai kepemimpinan, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta pentingnya persatuan umat. Surah ini merupakan landasan penting dalam fikih peperangan dan manajemen sumber daya dalam Islam. Meskipun membahas topik spesifik tersebut, Al-Anfal juga mengandung banyak ayat yang menekankan pentingnya iman, kesabaran, dan tawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi cobaan dan perjuangan. Berikut adalah bacaan lengkap dari ayat pertama hingga terakhir, beserta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنفَالِ ۖ قُلِ الْأَنفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
(1) Mereka menanyakan kepadamu tentang harta rampasan (Al-Anfal). Katakanlah: "Harta rampasan itu adalah urusan Allah dan Rasul-Nya." Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan batin (antar sesamamu), dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
(2) Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
(3) (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
(4) Mereka itulah orang-orang yang beriman yang sebenarnya. Bagi mereka disediakan derajat tinggi di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِن بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ
(5) Sebagaimana Tuhanmu mengusirmu dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya segolongan orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.
يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنظُرُونَ
(6) Mereka membantahmu tentang kebenaran (pertempuran) itu sesudah nyata, seolah-olah mereka digiring kepada kematian sedang mereka melihatnya.
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
(7) Dan ingatlah, ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) pasti menjadi milikmu, dan kamu menginginkan bahwa yang tidak memiliki kekuatan senjatalah yang menjadi milikmu, sedang Allah hendak menetapkan kebenaran dengan kalimat-kalimat-Nya dan membinasakan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.
لِّيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
(8) Agar Dia menetapkan yang hak (sesuai kehendak-Nya) dan menghilangkan yang batil, walaupun orang-orang yang bersalah (musyrik) tidak menyukai.
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
(9) (Ingatlah) ketika kamu meminta pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan permohonanmu (seraya berfirman): "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepada kamu seribu malaikat yang berurutan datangnya."
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ ۚ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
(10) Dan Allah tidak menganugerahkan kemenangan itu melainkan sebagai pembawa berita gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya; dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
... (Ayat-ayat selanjutnya dari Al-Anfal berlanjut hingga ayat ke-75) ...
Surah Al-Anfal sering dikaitkan dengan peristiwa Perang Badar, momen krusial yang menjadi titik balik bagi umat Islam di Madinah. Ayat-ayat awal, seperti yang telah dibaca, langsung menyentuh isu pembagian harta rampasan perang (Anfal). Islam menetapkan bahwa pembagian harta rampasan harus tunduk pada keputusan Allah dan Rasul-Nya, bukan berdasarkan keinginan individu atau kelompok. Hal ini bertujuan untuk menjaga keadilan sosial dan mencegah perselisihan di tengah kemenangan. Ayat 2 hingga 4 memberikan deskripsi mendalam mengenai ciri-ciri hakiki seorang mukmin sejati: mereka yang hatinya bergetar saat nama Allah disebut, imannya bertambah saat mendengar ayat-Nya, rutin menunaikan shalat, menafkahkan harta, dan hanya bergantung pada Allah (tawakal). Kualitas inilah yang memastikan kemenangan sejati, bukan sekadar kekuatan fisik.
Lebih lanjut, Surah Al-Anfal menekankan pentingnya persatuan dan ketaatan kolektif. Konflik internal yang sempat muncul di kalangan sahabat mengenai pembagian rampasan sebelum ayat turun menunjukkan betapa berbahayanya egoisme dalam barisan jihad. Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk "memperbaiki hubungan batin (antar sesamamu)." Ini mengajarkan bahwa sebelum menghadapi musuh luar, umat Islam wajib membersihkan dan merapatkan barisan internal mereka. Ketaatan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya adalah syarat utama untuk mendapatkan pertolongan ilahi.
Keajaiban pertolongan Allah termanifestasi jelas dalam ayat-ayat yang menceritakan dukungan malaikat dalam Perang Badar. Ayat 9 dan 10 secara eksplisit menyatakan bahwa Allah memberikan janji pertolongan berupa seribu malaikat yang berurutan datangnya, bukan untuk menunjukkan bahwa kemenangan diraih hanya dengan kekuatan malaikat, tetapi sebagai sarana menenteramkan hati orang-orang beriman. Kemenangan hakiki selalu bersumber dari sisi Allah semata. Surah ini menjadi manual spiritual dan etika perang, mengingatkan bahwa perang dan hasil akhirnya (termasuk rampasan) harus digunakan untuk memperkuat ketaatan kepada prinsip-prinsip ilahi. Membaca dan merenungkan Al-Anfal memberikan pelajaran berharga tentang kepemimpinan, manajemen konflik, dan fondasi keimanan yang kokoh.