Cara Memasang KB IUD: Panduan Lengkap dan Yang Perlu Diketahui
Ilustrasi sederhana IUD yang ditempatkan di dalam rahim.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang lebih dikenal dengan IUD (Intrauterine Device) adalah salah satu metode kontrasepsi yang sangat efektif dan populer di kalangan wanita. IUD menawarkan perlindungan jangka panjang terhadap kehamilan, menjadikannya pilihan menarik bagi mereka yang menginginkan solusi kontrasepsi yang minim perawatan dan tidak perlu diingat setiap hari. Namun, bagi sebagian wanita, proses pemasangan IUD mungkin menimbulkan kekhawatiran atau pertanyaan. Artikel ini akan membahas secara mendalam segala hal yang perlu Anda ketahui tentang cara memasang KB IUD, mulai dari persiapan, prosedur, hingga perawatan pasca-pemasangan, serta keuntungan dan risiko yang mungkin timbul.
Apa Itu IUD dan Bagaimana Cara Kerjanya?
IUD adalah alat kecil berbentuk T yang dimasukkan ke dalam rahim oleh profesional medis. Terdapat dua jenis utama IUD: IUD tembaga (non-hormonal) dan IUD hormonal. Meskipun keduanya berbentuk serupa dan ditempatkan di lokasi yang sama, mekanisme kerjanya sedikit berbeda.
Jenis-Jenis IUD dan Mekanisme Kerjanya
1. IUD Tembaga (Non-Hormonal)
IUD tembaga, seperti Paragard, bekerja dengan melepaskan ion tembaga ke dalam rahim. Ion-ion tembaga ini menciptakan respons inflamasi lokal yang bersifat steril di dalam rahim. Lingkungan rahim menjadi tidak ramah bagi sperma, mengganggu pergerakan dan viabilitasnya. Tembaga juga mengubah lendir serviks dan lapisan rahim, membuatnya sulit bagi sperma untuk mencapai sel telur dan mencegah sel telur yang mungkin dibuahi untuk menempel pada dinding rahim. IUD tembaga bisa bertahan hingga 10 tahun atau lebih.
Mekanisme Detil IUD Tembaga:
Spermicidal Effect: Ion tembaga bersifat toksik terhadap sperma. Mereka mengurangi motilitas (pergerakan) dan viabilitas (kemampuan bertahan hidup) sperma, sehingga sangat sedikit sperma yang dapat mencapai tuba falopi untuk membuahi sel telur.
Inflamasi Lokal: Tembaga memicu respons peradangan di endometrium (lapisan rahim). Peradangan ini mengubah lingkungan rahim, sehingga tidak kondusif untuk implantasi sel telur yang sudah dibuahi.
Perubahan Lendir Serviks: Meskipun tidak sekuat IUD hormonal, IUD tembaga juga dapat sedikit memengaruhi konsistensi lendir serviks, membuatnya lebih kental dan sulit ditembus sperma.
Penting untuk dicatat bahwa IUD tembaga bekerja terutama dengan mencegah pembuahan, bukan dengan menyebabkan aborsi. Kehamilan dicegah sebelum terjadi implantasi.
2. IUD Hormonal
IUD hormonal, seperti Mirena, Kyleena, Liletta, dan Skyla, melepaskan progestin, yaitu hormon progesteron sintetis, secara perlahan ke dalam rahim. Hormon ini bekerja dengan beberapa cara untuk mencegah kehamilan, dan durasi efektivitasnya bervariasi antara 3 hingga 8 tahun tergantung pada jenisnya.
Mekanisme Detil IUD Hormonal:
Penebalan Lendir Serviks: Hormon progestin membuat lendir serviks menjadi sangat kental dan lengket, sehingga sperma sulit atau tidak bisa menembus masuk ke dalam rahim dan mencapai sel telur. Ini adalah mekanisme utama.
Penipisan Lapisan Rahim (Endometrium): Hormon progestin menyebabkan lapisan rahim menjadi tipis, sehingga tidak mendukung terjadinya implantasi sel telur yang mungkin telah dibuahi.
Penekanan Ovulasi (Pada Beberapa Wanita): Meskipun bukan mekanisme utama, pada beberapa wanita, dosis hormon yang dilepaskan dapat menekan ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium), meskipun ini lebih umum terjadi pada IUD hormonal dengan dosis lebih tinggi seperti Mirena.
IUD hormonal juga sering digunakan untuk mengatasi menstruasi berat dan kram karena efek penipisan lapisan rahimnya.
Persiapan Sebelum Pemasangan IUD
Sebelum IUD dipasang, ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan untuk memastikan prosedur berjalan lancar dan aman. Persiapan yang matang akan meminimalkan risiko dan meningkatkan kenyamanan Anda.
Pentingnya konsultasi dengan dokter sebelum pemasangan IUD.
1. Konsultasi Medis Menyeluruh
Langkah pertama dan terpenting adalah berkonsultasi dengan dokter atau bidan Anda. Ini adalah kesempatan untuk mendiskusikan riwayat kesehatan Anda, termasuk:
Riwayat Medis: Infeksi menular seksual (IMS), penyakit radang panggul (PID), masalah pembekuan darah, migrain, kanker payudara (untuk IUD hormonal), kelainan bentuk rahim, alergi tembaga, dan kondisi medis lainnya.
Riwayat Kehamilan: Apakah Anda pernah hamil, melahirkan, atau mengalami keguguran. Ini penting karena ukuran dan bentuk rahim bisa bervariasi.
Obat-obatan yang Dikonsumsi: Informasikan semua obat resep, obat bebas, suplemen, dan herbal yang sedang Anda gunakan.
Pilihan Kontrasepsi Lain: Dokter akan membantu Anda memahami IUD dibandingkan metode kontrasepsi lain untuk memastikan IUD adalah pilihan terbaik bagi Anda.
2. Pemeriksaan Kesehatan dan Skrining
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan Anda adalah kandidat yang cocok untuk IUD:
Pemeriksaan Panggul: Untuk memeriksa ukuran, posisi, dan kondisi rahim serta organ panggul lainnya. Ini juga untuk memastikan tidak ada infeksi atau kelainan yang dapat menghambat pemasangan atau meningkatkan risiko komplikasi.
Tes Kehamilan: Sangat penting untuk memastikan Anda tidak sedang hamil sebelum IUD dipasang.
Skrining IMS: Tes untuk infeksi menular seksual (seperti klamidia atau gonore) mungkin direkomendasikan. Memasang IUD saat ada IMS aktif dapat meningkatkan risiko infeksi panggul serius. Jika terdeteksi, IMS harus diobati terlebih dahulu.
Pap Smear: Jika sudah waktunya, Pap smear mungkin akan dilakukan untuk skrining kanker serviks.
3. Waktu Terbaik untuk Pemasangan
IUD dapat dipasang kapan saja selama siklus menstruasi, asalkan Anda yakin tidak hamil. Namun, banyak dokter lebih memilih untuk memasang IUD selama menstruasi atau segera setelahnya. Ada beberapa alasan untuk ini:
Serviks Lebih Lunak: Selama menstruasi, serviks (leher rahim) secara alami sedikit lebih lunak dan terbuka, yang dapat membuat proses pemasangan lebih mudah dan kurang nyeri.
Jaminan Tidak Hamil: Memasang IUD saat menstruasi adalah cara paling pasti untuk memastikan bahwa Anda tidak hamil.
Pemulihan Setelah Melahirkan: IUD juga bisa dipasang 4-6 minggu setelah melahirkan pervaginam, atau bahkan lebih cepat (segera setelah plasenta keluar) pada beberapa kasus, meskipun risiko ekspulsi (IUD keluar) sedikit lebih tinggi pada pemasangan pascapartum segera.
4. Mengatasi Nyeri dan Kecemasan
Banyak wanita khawatir tentang rasa sakit selama pemasangan IUD. Anda bisa berdiskusi dengan dokter mengenai cara mengelola nyeri:
Obat Pereda Nyeri: Dokter mungkin menyarankan untuk minum obat pereda nyeri yang dijual bebas (seperti ibuprofen atau parasetamol) sekitar satu jam sebelum janji temu.
Anestesi Lokal: Dalam beberapa kasus, dokter dapat menyuntikkan anestesi lokal ke serviks untuk mengurangi rasa sakit.
Relaksasi: Teknik pernapasan dalam atau mendengarkan musik dapat membantu meredakan kecemasan.
Jangan ragu untuk bertanya tentang semua opsi yang tersedia untuk membuat pengalaman Anda senyaman mungkin.
5. Informasi Tambahan
Puasa: Umumnya, tidak ada persyaratan puasa sebelum pemasangan IUD.
Teman atau Pendamping: Anda mungkin ingin ditemani oleh teman atau anggota keluarga untuk dukungan emosional dan membantu Anda pulang setelah prosedur.
Transportasi: Jika Anda merasa pusing atau tidak nyaman setelah prosedur, pastikan ada yang bisa mengantar Anda pulang.
Prosedur Pemasangan IUD
Pemasangan IUD adalah prosedur yang relatif cepat, biasanya memakan waktu sekitar 5-10 menit, meskipun waktu total kunjungan ke klinik bisa lebih lama karena konsultasi dan persiapan. Berikut adalah langkah-langkah umum yang akan dilakukan oleh dokter atau bidan Anda:
1. Penempatan Posisi
Anda akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kaki diletakkan di penyangga kaki (posisi litotomi), mirip dengan pemeriksaan panggul rutin.
2. Pemeriksaan Panggul Awal
Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul bimanual untuk memastikan ukuran, posisi, dan arah rahim Anda. Ini juga untuk memastikan tidak ada kelainan atau nyeri tekan yang tidak biasa.
3. Pembersihan Serviks
Spekulum (alat yang digunakan untuk membuka vagina) akan dimasukkan ke dalam vagina agar dokter dapat melihat serviks dengan jelas. Serviks kemudian akan dibersihkan dengan larutan antiseptik untuk mengurangi risiko infeksi.
4. Anestesi Lokal (Opsional)
Jika diperlukan atau diminta, dokter mungkin akan menyuntikkan anestesi lokal ke serviks untuk membius area tersebut. Ini akan membantu mengurangi rasa sakit saat serviks dijepit dan dilebarkan.
5. Penjepit Serviks (Tenaculum)
Dokter akan menjepit serviks dengan alat kecil yang disebut tenaculum. Ini dilakukan untuk menstabilkan serviks dan meluruskan kanal serviks dan rahim, sehingga IUD dapat dimasukkan dengan benar. Penjepitan ini seringkali menjadi sumber rasa sakit utama bagi sebagian wanita, rasanya seperti cubitan tajam atau kram.
6. Pengukuran Rahim (Sounding)
Setelah serviks stabil, alat pengukur tipis dan fleksibel yang disebut "uterine sound" atau "sonde" akan dimasukkan melalui serviks ke dalam rahim untuk mengukur kedalaman dan arah rongga rahim. Pengukuran ini penting untuk memastikan IUD yang akan dimasukkan sesuai dengan ukuran rahim Anda dan ditempatkan pada posisi yang benar. Proses ini juga dapat menyebabkan kram.
7. Pemasangan IUD
IUD datang dalam aplikator steril yang tipis. Dokter akan melipat lengan IUD dan memasukkannya ke dalam aplikator. Aplikator kemudian dimasukkan melalui serviks hingga IUD mencapai bagian atas rahim (fundus). Setelah IUD berada di posisi yang tepat, pendorong (plunger) pada aplikator akan didorong, melepaskan IUD sehingga lengannya terbuka di dalam rahim.
8. Pemotongan Benang
Setiap IUD memiliki dua benang tipis yang menjuntai dari bagian bawahnya. Setelah IUD terpasang, dokter akan memotong benang tersebut sehingga panjangnya sekitar 2-3 cm keluar dari serviks dan masuk ke dalam vagina. Benang ini berfungsi sebagai indikator bahwa IUD masih di tempatnya dan juga digunakan untuk pelepasan IUD di kemudian hari.
9. Pengecekan Akhir
Setelah IUD terpasang dan benang dipotong, spekulum dan tenaculum akan dikeluarkan. Dokter mungkin akan memastikan Anda merasa nyaman dan memberikan instruksi pasca-pemasangan.
Sensasi Selama Prosedur
Anda mungkin akan merasakan:
Nyeri atau Kram: Sensasi kram yang kuat, mirip dengan kram menstruasi yang parah, adalah hal yang umum terjadi, terutama saat serviks dijepit, rahim diukur, dan IUD dimasukkan.
Tekanan: Rasa tekanan di area panggul.
Pusing atau Mual: Beberapa wanita mungkin merasa sedikit pusing, mual, atau bahkan pingsan sesaat setelah prosedur, terutama jika mereka memiliki riwayat vaso-vagal (penurunan detak jantung dan tekanan darah akibat stimulasi saraf tertentu). Biasanya, ini bersifat sementara dan cepat pulih.
Penting untuk menginformasikan dokter tentang sensasi yang Anda rasakan selama prosedur agar mereka dapat memberikan kenyamanan atau dukungan yang diperlukan.
Setelah Pemasangan IUD
Setelah IUD berhasil dipasang, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk memastikan pemulihan yang baik dan efektivitas kontrasepsi.
1. Efek Samping Umum dan Yang Diharapkan
Dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah pemasangan, Anda mungkin mengalami:
Kram: Kram ringan hingga sedang, mirip dengan kram menstruasi, adalah hal yang sangat umum. Ini disebabkan oleh respons rahim terhadap benda asing yang baru dimasukkan. Obat pereda nyeri yang dijual bebas (seperti ibuprofen) biasanya efektif untuk meredakannya.
Bercak atau Perdarahan Ringan: Normal untuk mengalami bercak darah atau perdarahan ringan selama beberapa hari atau minggu setelah pemasangan. Ini terjadi karena iritasi pada lapisan rahim atau serviks selama prosedur.
Nyeri Punggung: Beberapa wanita melaporkan nyeri punggung ringan, yang juga terkait dengan kram rahim.
Pusing: Seperti yang disebutkan sebelumnya, pusing singkat atau rasa ingin pingsan bisa terjadi segera setelah prosedur. Disarankan untuk beristirahat sejenak di klinik sebelum pulang.
Efek samping ini biasanya berkurang dalam beberapa hari atau minggu. Jika efek samping ini parah, tidak membaik, atau memburuk, segera hubungi dokter Anda.
2. Kapan IUD Mulai Efektif?
IUD Tembaga: IUD tembaga efektif segera setelah pemasangan.
IUD Hormonal: Efektivitas IUD hormonal tergantung pada kapan IUD dipasang. Jika dipasang dalam 7 hari pertama siklus menstruasi Anda, ia akan efektif segera. Jika dipasang di luar periode ini, Anda mungkin perlu menggunakan metode kontrasepsi cadangan (seperti kondom) selama 7 hari pertama. Pastikan untuk menanyakan hal ini kepada dokter Anda.
3. Perawatan dan Anjuran Setelah Pemasangan
Hindari Hubungan Intim: Beberapa dokter menyarankan untuk menghindari hubungan intim, menggunakan tampon, atau berenang selama beberapa hari hingga seminggu setelah pemasangan untuk mengurangi risiko infeksi. Tanyakan rekomendasi spesifik dokter Anda.
Pantau Benang IUD: Setelah IUD dipasang, dokter akan menunjukkan cara merasakan benang IUD di vagina Anda. Disarankan untuk memeriksa benang IUD setiap bulan setelah menstruasi Anda berakhir. Ini penting untuk memastikan IUD masih di tempatnya. Untuk melakukannya, masukkan jari bersih ke dalam vagina Anda dan rasakan benang yang keluar dari serviks. Jika Anda tidak dapat merasakan benang, merasakan benang yang lebih panjang atau lebih pendek dari biasanya, atau merasakan bagian IUD yang keras, segera hubungi dokter.
Kunjungan Tindak Lanjut: Anda biasanya akan diminta untuk datang untuk kunjungan tindak lanjut sekitar 4-6 minggu setelah pemasangan, atau setelah siklus menstruasi pertama Anda. Pada kunjungan ini, dokter akan memeriksa posisi IUD dan memastikan semuanya baik-baik saja.
4. Tanda-Tanda Bahaya yang Memerlukan Perhatian Medis Segera
Meskipun komplikasi serius jarang terjadi, penting untuk mengetahui tanda-tanda yang memerlukan perhatian medis segera. Ingatlah akronim PAINS:
Period late, abnormal spotting or bleeding (Menstruasi terlambat, bercak atau perdarahan abnormal).
Abdominal pain, pain with intercourse (Nyeri perut, nyeri saat berhubungan intim).
Not feeling well, fever or chills (Merasa tidak enak badan, demam atau menggigil).
String missing, shorter or longer (Benang IUD hilang, lebih pendek atau lebih panjang).
Jika Anda mengalami salah satu dari gejala ini, segera hubungi dokter Anda.
Keuntungan dan Kerugian IUD
Memilih metode kontrasepsi adalah keputusan pribadi yang harus mempertimbangkan banyak faktor. IUD menawarkan berbagai keuntungan, tetapi juga memiliki beberapa potensi kerugian.
Keuntungan IUD
IUD menawarkan banyak keuntungan sebagai metode kontrasepsi.
1. Sangat Efektif
IUD adalah salah satu bentuk kontrasepsi yang paling efektif, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%. Ini sebanding dengan sterilisasi permanen, tetapi reversibel.
2. Jangka Panjang
Setelah dipasang, IUD dapat bertahan selama bertahun-tahun (3-10+ tahun, tergantung jenisnya) tanpa perlu perhatian harian, mingguan, atau bulanan. Ini sangat nyaman dan ideal bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
3. Reversibel
Jika Anda memutuskan untuk hamil atau tidak ingin lagi menggunakan IUD, IUD dapat dilepas oleh dokter kapan saja. Kesuburan biasanya akan kembali dengan cepat setelah pelepasan.
4. Tidak Perlu Diingat Setiap Hari
Berbeda dengan pil KB yang harus diminum setiap hari, IUD bekerja secara mandiri setelah dipasang, mengurangi risiko kegagalan karena kelalaian pengguna.
5. Aman Selama Menyusui
IUD umumnya aman digunakan oleh wanita yang sedang menyusui.
6. Dapat Digunakan oleh Sebagian Besar Wanita
Banyak wanita, termasuk mereka yang belum pernah hamil atau melahirkan, dapat menggunakan IUD.
IUD tembaga tidak menggunakan hormon, sehingga tidak ada efek samping yang berhubungan dengan hormon (seperti perubahan suasana hati atau berat badan). IUD hormonal melepaskan hormon secara lokal ke rahim, sehingga efek sistemiknya jauh lebih rendah dibandingkan pil KB oral.
8. Mengurangi Nyeri Haid dan Perdarahan (IUD Hormonal)
IUD hormonal seringkali menyebabkan periode menstruasi menjadi lebih ringan, lebih pendek, dan mengurangi kram. Beberapa wanita bahkan berhenti menstruasi sama sekali.
Kerugian dan Risiko IUD
Seperti metode medis lainnya, IUD memiliki potensi kerugian dan risiko.
1. Pemasangan yang Memerlukan Profesional Medis
IUD harus dipasang dan dilepas oleh dokter atau bidan terlatih. Anda tidak bisa memasang atau melepasnya sendiri.
2. Nyeri dan Kram Selama Pemasangan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, prosedur pemasangan dapat menimbulkan rasa nyeri dan kram yang signifikan bagi beberapa wanita, meskipun biasanya berlangsung singkat.
3. Tidak Melindungi dari IMS
IUD hanya melindungi dari kehamilan, tidak dari infeksi menular seksual (IMS). Jika Anda berisiko terkena IMS, Anda perlu menggunakan kondom.
4. Potensi Efek Samping Awal
IUD Tembaga: Dapat menyebabkan menstruasi menjadi lebih berat dan kram yang lebih intens, terutama pada beberapa bulan pertama setelah pemasangan. Hal ini dapat berlangsung selama masa pakai IUD pada sebagian wanita.
IUD Hormonal: Dapat menyebabkan bercak tidak teratur, perdarahan, atau perubahan pola menstruasi pada beberapa bulan pertama. Beberapa wanita mungkin juga mengalami efek samping hormonal seperti sakit kepala, nyeri payudara, atau perubahan suasana hati, meskipun ini lebih jarang terjadi karena pelepasan hormon lokal.
5. Risiko Komplikasi Jarang
Meskipun jarang, ada beberapa risiko komplikasi:
Ekspulsi: IUD dapat keluar dari rahim secara spontan (ekspulsi), biasanya pada beberapa bulan pertama setelah pemasangan atau selama menstruasi. Jika ini terjadi, Anda tidak lagi terlindungi dari kehamilan dan perlu IUD baru atau metode kontrasepsi lain.
Perforasi: Sangat jarang, IUD dapat menembus dinding rahim selama pemasangan. Ini memerlukan intervensi medis untuk mengangkat IUD.
Infeksi Panggul: Risiko infeksi panggul sedikit meningkat pada 20 hari pertama setelah pemasangan IUD, terutama jika ada IMS yang tidak terdiagnosis sebelumnya.
Kehamilan Ektopik: Jika kehamilan terjadi saat IUD terpasang (sangat jarang), ada kemungkinan yang lebih tinggi bahwa itu adalah kehamilan ektopik (di luar rahim).
6. Biaya Awal
Biaya pemasangan IUD mungkin lebih tinggi di awal dibandingkan dengan pil KB bulanan, tetapi biaya ini akan tertutup dalam jangka panjang karena efektivitas dan durasi penggunaannya.
Siapa yang Cocok dan Tidak Cocok Menggunakan IUD?
Pemilihan IUD harus didasarkan pada diskusi mendalam dengan profesional kesehatan Anda. Berikut adalah panduan umum mengenai siapa yang cocok dan tidak cocok menggunakan IUD.
Cocok untuk IUD Jika Anda:
Menginginkan Kontrasepsi Jangka Panjang dan Efektif: Anda mencari metode yang sangat andal dan tidak perlu sering diingat.
Tidak Ingin atau Tidak Bisa Menggunakan Estrogen: Jika Anda memiliki kondisi medis yang membuat penggunaan estrogen berisiko (misalnya, riwayat pembekuan darah, migrain dengan aura, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol), IUD tembaga atau IUD hormonal adalah pilihan yang baik.
Memiliki Keluarga Lengkap atau Ingin Menunda Kehamilan Lama: IUD sangat cocok untuk perencanaan keluarga jangka panjang.
Ingin Metode Kontrasepsi yang Reversibel: Anda ingin bisa hamil di masa depan setelah IUD dilepas.
Sedang Menyusui: IUD aman untuk digunakan saat menyusui.
Mencari Solusi untuk Menstruasi Berat atau Nyeri (IUD Hormonal): IUD hormonal dapat secara signifikan mengurangi perdarahan menstruasi dan kram.
Telah Memiliki Anak atau Belum: Kebanyakan IUD modern cocok untuk wanita yang belum pernah hamil atau melahirkan. Namun, dokter mungkin memilih IUD dengan ukuran yang lebih kecil untuk wanita yang belum pernah hamil.
Tidak Cocok untuk IUD Jika Anda:
Sedang Hamil atau Diduga Hamil: IUD tidak boleh dipasang pada wanita hamil.
Memiliki Infeksi Menular Seksual (IMS) Aktif: Memasang IUD saat ada IMS dapat meningkatkan risiko infeksi panggul serius (PID). IMS harus diobati terlebih dahulu.
Memiliki Penyakit Radang Panggul (PID) Aktif atau Berulang: Jika Anda memiliki riwayat PID baru-baru ini atau berulang, IUD mungkin bukan pilihan terbaik.
Memiliki Kanker Serviks, Endometrium, atau Ovarium: Kondisi ini perlu dievaluasi secara menyeluruh sebelum IUD dipertimbangkan.
Memiliki Pendarahan Vagina yang Tidak Dapat Dijelaskan: Penyebab pendarahan harus didiagnosis sebelum pemasangan IUD.
Memiliki Kelainan Bentuk Rahim yang Parah: Kelainan seperti miom besar yang mengubah bentuk rongga rahim atau rahim bikornuata dapat membuat pemasangan IUD sulit atau tidak efektif.
Alergi Tembaga (untuk IUD Tembaga): Jika Anda alergi tembaga, IUD tembaga tidak bisa digunakan.
Memiliki Kondisi yang Mempengaruhi Sistem Kekebalan Tubuh: Beberapa kondisi imunodefisiensi dapat meningkatkan risiko infeksi.
Memiliki Penyakit Hati Akut atau Tumor Hati (untuk IUD Hormonal): Karena IUD hormonal mengandung progestin, meskipun diserap secara lokal, kondisi ini mungkin menjadi kontraindikasi.
Memiliki Riwayat Kanker Payudara (untuk IUD Hormonal): Hormon dapat memengaruhi pertumbuhan kanker payudara.
Selalu jujur dan terbuka dengan dokter Anda mengenai riwayat kesehatan lengkap Anda untuk memastikan Anda menerima rekomendasi yang paling aman dan efektif.
Komplikasi dan Hal yang Perlu Diperhatikan Secara Detil
Meskipun IUD umumnya sangat aman, penting untuk memahami potensi komplikasi yang jarang terjadi dan cara mengidentifikasinya.
1. Ekspulsi (IUD Keluar)
Ekspulsi terjadi ketika IUD sebagian atau seluruhnya keluar dari rahim. Ini paling sering terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah pemasangan, terutama selama menstruasi, atau pada wanita yang belum pernah melahirkan. Risiko ekspulsi sekitar 2-10%.
Tanda-tanda: Anda mungkin merasakan IUD di vagina, merasakan benang yang tiba-tiba lebih panjang atau lebih pendek dari sebelumnya, atau tidak merasakan benang sama sekali. Kram parah atau perdarahan yang tidak biasa juga bisa menjadi tanda.
Yang Harus Dilakukan: Jika Anda menduga ekspulsi, segera hubungi dokter. Gunakan metode kontrasepsi cadangan (misalnya kondom) hingga Anda dapat diperiksa.
2. Perforasi Rahim
Perforasi adalah komplikasi yang sangat jarang terjadi, di mana IUD (atau alat saat pemasangan) menembus dinding rahim. Ini biasanya terjadi saat pemasangan. Risiko perforasi sekitar 1 dari 1000 hingga 1 dari 10.000 pemasangan.
Tanda-tanda: Nyeri perut parah yang persisten, pendarahan abnormal, atau IUD tidak dapat ditemukan.
Yang Harus Dilakukan: Perforasi memerlukan intervensi medis untuk mengeluarkan IUD, seringkali melalui laparoskopi.
Risiko PID sedikit meningkat dalam 20 hari pertama setelah pemasangan IUD, terutama jika Anda memiliki IMS yang tidak terdiagnosis saat pemasangan. Setelah periode awal ini, risiko PID tidak lebih tinggi pada pengguna IUD dibandingkan wanita lain.
Tanda-tanda: Demam, menggigil, nyeri perut bagian bawah yang parah, keputihan abnormal, nyeri saat berhubungan intim, atau nyeri saat buang air kecil.
Yang Harus Dilakukan: Segera cari pertolongan medis. PID dapat diobati dengan antibiotik, tetapi jika tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infertilitas.
4. Kehamilan dengan IUD
Meskipun IUD sangat efektif, ada kemungkinan kecil Anda bisa hamil saat IUD terpasang (kurang dari 1%). Jika ini terjadi, penting untuk segera menghubungi dokter Anda.
Kehamilan Ektopik: Jika kehamilan terjadi dengan IUD, ada risiko yang lebih tinggi bahwa itu adalah kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim, biasanya di tuba falopi). Kehamilan ektopik adalah kondisi medis darurat.
Tanda-tanda Kehamilan Ektopik: Nyeri perut satu sisi yang tajam, perdarahan vagina abnormal, pusing, nyeri bahu.
Yang Harus Dilakukan: Jika Anda hamil dengan IUD, dokter akan mendiskusikan opsi. Jika IUD dapat dilepas dengan aman di awal kehamilan, ini mungkin mengurangi risiko keguguran. Namun, pelepasan IUD juga dapat meningkatkan risiko keguguran.
5. IUD Bergerak atau Tidak pada Posisinya
Kadang-kadang, IUD mungkin bergeser dari posisi optimalnya tanpa sepenuhnya keluar (ekspulsi). Ini dapat mengurangi efektivitasnya.
Tanda-tanda: Benang IUD terasa lebih pendek atau lebih panjang, nyeri, atau Anda merasa IUD telah bergeser.
Yang Harus Dilakukan: Dokter dapat melakukan pemeriksaan panggul atau ultrasound untuk memeriksa posisi IUD. Jika IUD bergeser, mungkin perlu dilepas dan diganti.
6. Kista Ovarium (khusus IUD Hormonal)
Beberapa wanita yang menggunakan IUD hormonal dapat mengembangkan kista ovarium fungsional. Ini biasanya jinak dan seringkali menghilang dengan sendirinya tanpa intervensi. Namun, mereka bisa menyebabkan nyeri.
Tanda-tanda: Nyeri panggul atau perut, terutama saat berolahraga atau berhubungan intim.
Yang Harus Dilakukan: Dokter akan memantau kista melalui ultrasound jika gejala menetap.
Pelepasan IUD
Pelepasan IUD adalah prosedur yang lebih cepat dan seringkali kurang nyeri dibandingkan pemasangannya. Ada beberapa alasan mengapa IUD perlu dilepas.
Kapan IUD Dilepas?
Akhir Masa Pakai: Ketika IUD telah mencapai akhir masa pakainya (misalnya, 3, 5, 8, atau 10 tahun).
Keinginan untuk Hamil: Jika Anda memutuskan untuk hamil.
Keinginan untuk Mengganti Metode Kontrasepsi: Anda ingin beralih ke metode kontrasepsi lain.
Efek Samping yang Tidak Tertahankan: Jika Anda mengalami efek samping yang parah atau tidak dapat ditoleransi.
Komplikasi: Jika terjadi komplikasi seperti ekspulsi, perforasi, atau infeksi.
Menopause: Wanita yang memasuki menopause mungkin ingin melepas IUD setelah dokter memastikan kontrasepsi tidak lagi diperlukan.
Prosedur Pelepasan
Pelepasan IUD biasanya dilakukan di klinik dokter:
Anda akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kaki di penyangga.
Spekulum akan dimasukkan ke dalam vagina untuk melihat serviks.
Dokter akan menggunakan penjepit kecil untuk memegang benang IUD yang menjuntai dari serviks.
Dengan tarikan lembut dan stabil pada benang, lengan IUD akan melipat ke atas dan IUD akan ditarik keluar dari rahim. Proses ini biasanya cepat dan hanya menyebabkan kram singkat.
Jika benang tidak terlihat, dokter mungkin perlu menggunakan alat khusus, ultrasound, atau histeroskopi (memasukkan kamera kecil ke dalam rahim) untuk menemukan dan melepaskan IUD. Ini jarang terjadi tetapi mungkin memerlukan prosedur yang sedikit lebih kompleks.
Setelah Pelepasan IUD
Kram Ringan atau Bercak: Anda mungkin mengalami kram ringan atau bercak selama beberapa jam atau hari setelah pelepasan.
Kembalinya Kesuburan: Kesuburan biasanya kembali segera setelah IUD dilepas. Banyak wanita dapat hamil pada siklus menstruasi pertama atau kedua setelah pelepasan IUD.
Metode Kontrasepsi Baru: Jika Anda tidak ingin hamil setelah pelepasan IUD, pastikan untuk mendiskusikan dan memulai metode kontrasepsi baru dengan dokter Anda segera setelah IUD dilepas, atau bahkan sebelumnya.
Mitos dan Fakta Seputar IUD
Ada banyak informasi yang salah atau kurang tepat beredar tentang IUD. Mari kita bahas beberapa mitos dan fakta penting.
Mitos 1: IUD Hanya untuk Wanita yang Sudah Melahirkan.
Fakta: Ini adalah mitos yang sudah lama usang. IUD modern dirancang untuk berbagai ukuran rahim dan aman serta efektif untuk wanita yang belum pernah hamil atau melahirkan. Banyak organisasi kesehatan merekomendasikan IUD sebagai pilihan kontrasepsi lini pertama untuk sebagian besar wanita, terlepas dari riwayat kehamilan mereka.
Mitos 2: Pemasangan IUD Sangat Menyakitkan.
Fakta: Rasa sakit selama pemasangan bervariasi antar individu. Beberapa wanita merasakan kram atau nyeri tajam yang intens, sementara yang lain hanya merasakan sedikit ketidaknyamanan. Rasa sakit biasanya berlangsung singkat. Dokter dapat menawarkan pereda nyeri pra-prosedur atau anestesi lokal untuk membuat pengalaman lebih nyaman.
Mitos 3: IUD Menyebabkan Infertilitas.
Fakta: IUD tidak menyebabkan infertilitas. Kesuburan biasanya kembali segera setelah IUD dilepas. Mitos ini mungkin berasal dari kekhawatiran tentang risiko PID, yang pada kasus yang tidak diobati dapat menyebabkan infertilitas. Namun, risiko PID pada pengguna IUD sangat rendah dan tidak lebih tinggi dari non-pengguna setelah 20 hari pertama. Jika IUD dipasang pada wanita yang sudah memiliki IMS, ini bisa menyebabkan PID, bukan IUD itu sendiri.
Mitos 4: IUD Dapat Bergerak ke Bagian Tubuh Lain.
Fakta: IUD ditempatkan di dalam rahim dan tidak dapat bermigrasi ke organ lain seperti jantung atau otak. Sangat jarang, IUD dapat menembus dinding rahim (perforasi) dan masuk ke rongga perut, tetapi ini biasanya terjadi saat pemasangan dan IUD tetap berada di area panggul. Ini bukan "bergerak" dalam arti berpindah jauh dari tempat asalnya, melainkan menembus dinding organ tempat ia seharusnya berada.
Mitos 5: IUD Akan Terlihat atau Terasa oleh Pasangan Selama Hubungan Intim.
Fakta: Benang IUD sangat tipis dan lembut. Umumnya, baik Anda maupun pasangan Anda tidak akan merasakannya. Kadang-kadang, jika benang terlalu panjang atau terlalu pendek, pasangan mungkin merasakannya. Dokter dapat menyesuaikan panjang benang jika ini menjadi masalah.
Mitos 6: IUD Menyebabkan Berat Badan Naik.
Fakta: Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa IUD, baik hormonal maupun tembaga, tidak secara signifikan menyebabkan penambahan berat badan. Meskipun beberapa wanita mungkin melaporkan perubahan berat badan, ini belum terbukti secara konsisten disebabkan oleh IUD.
Mitos 7: Anda Tidak Boleh Menggunakan Tampon dengan IUD.
Fakta: Anda boleh menggunakan tampon dengan IUD. Pastikan untuk berhati-hati saat melepas tampon agar tidak secara tidak sengaja menarik benang IUD. Beberapa dokter menyarankan untuk menghindari tampon selama beberapa hari setelah pemasangan IUD untuk mengurangi risiko infeksi.
Mitos 8: IUD Adalah Bentuk Aborsi.
Fakta: IUD bekerja dengan mencegah pembuahan atau implantasi. IUD tembaga mencegah sperma mencapai sel telur dan mengubah lingkungan rahim. IUD hormonal mencegah sperma mencapai sel telur dan menipiskan lapisan rahim. Keduanya bekerja untuk mencegah kehamilan, bukan mengakhiri kehamilan yang sudah terjadi.
Kesimpulan
IUD adalah pilihan kontrasepsi yang sangat efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Dengan durasi perlindungan yang panjang dan kemampuan reversibel, IUD dapat menjadi solusi ideal bagi mereka yang menginginkan perencanaan keluarga yang fleksibel. Proses pemasangan, meskipun mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman sementara, umumnya cepat dan aman jika dilakukan oleh profesional medis yang terlatih.
Memahami persiapan yang diperlukan, prosedur pemasangan, potensi efek samping, serta cara merawat IUD adalah kunci untuk pengalaman yang positif. Selalu konsultasikan semua pertanyaan dan kekhawatiran Anda dengan dokter atau bidan Anda. Mereka adalah sumber informasi terbaik untuk menentukan apakah IUD adalah pilihan yang tepat untuk Anda, berdasarkan riwayat kesehatan dan kebutuhan pribadi Anda. Dengan informasi yang akurat dan perawatan yang tepat, IUD dapat memberikan ketenangan pikiran dan kebebasan dalam perencanaan hidup Anda.
Ingatlah, setiap tubuh wanita bereaksi berbeda, dan apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak untuk orang lain. Keputusan terbaik adalah yang dibuat bersama dengan penyedia layanan kesehatan Anda, berdasarkan informasi yang lengkap dan pemahaman yang jelas.