Angka desimal adalah salah satu konsep fundamental dalam matematika yang sering kita jumpai, baik secara sadar maupun tidak sadar, dalam berbagai aspek kehidupan. Secara sederhana, angka desimal adalah bilangan yang memiliki bagian pecahan, dipisahkan dari bagian bilangan bulatnya oleh tanda koma atau titik desimal. Dalam konteks penulisan Indonesia, kita umumnya menggunakan koma (,) sebagai pemisah desimal.
Konsep desimal ini didasarkan pada sistem bilangan berbasis sepuluh (basis 10), yang merupakan sistem yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Setiap posisi digit setelah koma desimal mewakili pecahan pangkat sepuluh, seperti persepuluhan ($10^{-1}$), perseratusan ($10^{-2}$), perseribuan ($10^{-3}$), dan seterusnya. Memahami struktur ini sangat penting untuk melakukan perhitungan yang akurat, terutama dalam bidang keuangan, sains, dan teknik.
Bilangan bulat (integer) adalah angka yang tidak memiliki nilai pecahan, seperti 1, 50, atau -10. Sebaliknya, angka desimal merepresentasikan kuantitas yang berada di antara dua bilangan bulat. Misalnya, nilai 3,5 berarti tiga satuan penuh ditambah setengah satuan lagi. Tanpa angka desimal, kita akan kesulitan mendeskripsikan pengukuran yang memerlukan presisi.
Angka desimal muncul di mana-mana. Berikut adalah beberapa contoh spesifik yang sering kita temui:
Ini mungkin contoh paling umum. Harga barang selalu melibatkan desimal, yang mewakili satuan mata uang yang lebih kecil (seperti sen dalam Rupiah). Jika sebuah buku dihargai Rp55.500,50, angka 0,50 tersebut adalah bagian desimal yang mewakili lima puluh sen.
Ketika kita mengukur berat badan atau tinggi badan, hasil yang didapat hampir selalu berupa desimal. Seorang atlet mungkin memiliki tinggi 1,85 meter, atau berat badan seseorang adalah 68,3 kilogram. Angka desimal memberikan detail yang lebih akurat daripada sekadar pembulatan ke bilangan bulat terdekat.
Dalam kimia, fisika, atau biologi, presisi adalah kunci. Hasil eksperimen seringkali dilaporkan dalam bentuk desimal hingga beberapa tempat di belakang koma untuk menunjukkan tingkat ketidakpastian atau akurasi pengukuran.
Setiap pecahan biasa dapat diubah menjadi desimal melalui pembagian. Contohnya, pecahan 1/2 setara dengan 0,5. Pecahan 3/4 setara dengan 0,75. Demikian pula, pecahan tak terhingga seperti 1/3 menghasilkan desimal berulang (0,333...).
Visualisasi ini menunjukkan bagaimana angka desimal (seperti 1,5) menempati posisi spesifik di antara bilangan bulat.
Karena presisi yang tak terbatas seringkali tidak praktis, pembulatan (rounding) adalah prosedur penting saat berurusan dengan desimal. Aturan umum pembulatan adalah melihat digit pertama setelah titik potong. Jika digit tersebut 5 atau lebih, digit sebelumnya dibulatkan ke atas. Jika kurang dari 5, digit tersebut tetap.
Misalnya, jika Anda ingin membulatkan 17,362 hingga dua tempat desimal, angka kedua setelah koma adalah 6 (yang lebih besar dari 5), sehingga dibulatkan menjadi 17,37. Sebaliknya, jika membulatkan 4,123 ke dua tempat desimal, hasilnya adalah 4,12.
Kesimpulannya, angka desimal adalah alat matematika yang tak tergantikan untuk merepresentasikan nilai-nilai pecahan dengan akurat. Mulai dari transaksi belanja harian hingga penelitian ilmiah yang kompleks, pemahaman yang kuat tentang contoh angka desimal memastikan kita dapat menafsirkan dan berinteraksi dengan dunia kuantitatif di sekitar kita secara efektif.