Konsep Malcolm Knowles: Fondasi Andragogi (Pendidikan Orang Dewasa)

Dewasa

Simbolisasi pembelajaran mandiri orang dewasa.

Malcolm Knowles dikenal sebagai bapak pendidikan orang dewasa modern. Kontribusinya yang paling signifikan adalah pengembangan dan popularisasi istilah Andragogi, yang ia bedakan secara tegas dari pedagogi (pendidikan anak-anak). Knowles percaya bahwa metode pengajaran yang efektif untuk orang dewasa harus didasarkan pada pemahaman mendalam tentang perbedaan psikologis dan sosiologis antara pelajar muda dan pelajar yang lebih tua. Konsep ini merevolusi cara pelatihan korporat, pendidikan lanjutan, dan pembelajaran seumur hidup dipandang.

Memahami Perbedaan Pedagogi dan Andragogi

Inti dari pemikiran Knowles adalah lima asumsi dasar mengenai bagaimana orang dewasa belajar. Asumsi-asumsi ini membentuk kerangka kerja andragogi, yang menekankan bahwa orang dewasa membawa pengalaman hidup yang kaya ke dalam proses belajar dan memiliki kebutuhan motivasi yang berbeda. Jika pedagogi berpusat pada guru sebagai sumber utama pengetahuan yang harus 'diisi' ke dalam murid yang pasif, andragogi memposisikan pelajar dewasa sebagai agen aktif dalam pembelajaran mereka sendiri.

Lima Asumsi Dasar Andragogi

Knowles menguraikan serangkaian prinsip yang memandu desain pengalaman belajar untuk orang dewasa. Prinsip-prinsip ini berfungsi sebagai panduan praktis bagi para pendidik dan fasilitator:

  1. Kebutuhan untuk Tahu (The Need to Know): Orang dewasa perlu memahami mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum mereka berkomitmen untuk belajar. Mereka mencari relevansi langsung antara materi pelajaran dengan kehidupan atau pekerjaan mereka.
  2. Konsep Diri sebagai Pembelajar (Self-Concept): Seiring bertambahnya usia, individu mengembangkan konsep diri yang kuat sebagai orang yang mandiri dan bertanggung jawab atas keputusan mereka. Metode yang merendahkan atau terlalu mengontrol akan ditolak oleh pelajar dewasa.
  3. Peran Pengalaman (The Role of Experience): Orang dewasa memiliki basis pengalaman yang luas, yang merupakan sumber daya terbesar bagi pembelajaran mereka. Pembelajaran yang efektif harus melibatkan penggunaan dan refleksi atas pengalaman masa lalu tersebut.
  4. Kesiapan Belajar (Readiness to Learn): Orang dewasa menjadi paling siap untuk belajar ketika mereka merasakan adanya kebutuhan atau situasi kehidupan yang menuntut keterampilan atau pengetahuan baru, seringkali terkait dengan transisi peran sosial atau profesional.
  5. Orientasi pada Masalah (Problem-Centered Orientation): Berbeda dengan anak-anak yang berorientasi pada subjek, orang dewasa lebih tertarik pada pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah yang mereka hadapi saat ini. Mereka ingin solusi yang dapat diterapkan segera.

Prinsip Keenam: Motivasi

Knowles kemudian menambahkan prinsip keenam yang sama pentingnya, yaitu mengenai motivasi. Motivasi orang dewasa cenderung bersifat intrinsik (datang dari dalam diri, seperti peningkatan kualitas hidup, kepuasan kerja, atau harga diri), dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik (seperti nilai atau pujian) yang seringkali lebih dominan pada anak-anak. Fasilitator harus pandai dalam menyoroti manfaat intrinsik dari pembelajaran.

Implikasi Praktis dalam Pembelajaran Dewasa

Penerapan konsep Malcolm Knowles mengubah fokus dari pengajaran menjadi fasilitasi. Ini berarti:

Secara keseluruhan, karya Knowles mendorong kita untuk menghormati pembelajar dewasa sebagai mitra aktif dalam proses pendidikan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip andragogi, pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, efektif, dan berkelanjutan bagi populasi orang dewasa. Ini adalah filosofi yang menekankan otonomi, pengalaman, dan relevansi langsung dalam setiap langkah pembelajaran.

🏠 Homepage