Macam-Macam Batuan Metamorf: Pembentukan, Karakteristik, dan Klasifikasinya
Bumi kita adalah planet yang dinamis, terus-menerus mengalami perubahan geologi yang monumental. Di antara berbagai jenis batuan yang membentuk kerak bumi, batuan metamorf memegang peranan yang sangat penting dan menceritakan kisah-kisah luar biasa tentang transformasi mendalam. Kata "metamorf" berasal dari bahasa Yunani, meta berarti "berubah" dan morph berarti "bentuk", secara harfiah berarti "perubahan bentuk". Sesuai namanya, batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan bentuk, komposisi mineral, dan tekstur akibat paparan kondisi fisik atau kimiawi yang ekstrem, seperti suhu tinggi, tekanan besar, atau interaksi dengan fluida aktif secara kimiawi, tanpa melalui proses peleburan sepenuhnya menjadi magma.
Proses metamorfisme adalah salah satu pilar siklus batuan, di mana batuan beku atau batuan sedimen (bahkan batuan metamorf itu sendiri) dapat berubah menjadi jenis batuan yang sama sekali baru. Transformasi ini terjadi jauh di bawah permukaan bumi, di kedalaman di mana kondisi termal dan barik sangat berbeda dari permukaan. Memahami macam-macam batuan metamorf tidak hanya penting bagi ahli geologi untuk merekonstruksi sejarah geologi suatu wilayah, tetapi juga bagi industri karena banyak dari batuan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam konstruksi, seni, dan aplikasi industri lainnya.
Artikel ini akan mengupas tuntas dunia batuan metamorf, mulai dari faktor-faktor yang mendorong transformasinya, jenis-jenis metamorfisme, hingga klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineralnya. Kita akan menjelajahi berbagai macam batuan metamorf yang paling umum, memahami ciri khas masing-masing, serta mengetahui bagaimana mereka terbentuk dan di mana mereka dapat ditemukan. Dengan begitu, kita dapat lebih mengapresiasi keragaman dan kompleksitas proses geologi yang membentuk planet kita.
Faktor-faktor Utama yang Mendorong Metamorfisme
Proses metamorfisme tidak terjadi secara acak. Ada beberapa faktor kunci yang harus ada untuk memicu transformasi batuan. Memahami faktor-faktor ini adalah kunci untuk memahami mengapa batuan metamorf memiliki ciri khas tertentu dan bagaimana batuan induknya (protolith) berubah bentuk.
1. Panas (Suhu)
Panas adalah salah satu agen metamorfisme yang paling penting. Peningkatan suhu memungkinkan atom-atom dalam mineral untuk bergerak lebih bebas, memfasilitasi rekristalisasi mineral yang ada dan pembentukan mineral baru yang stabil pada suhu tinggi. Sumber panas utama untuk metamorfisme meliputi:
- Gradien Geotermal: Peningkatan suhu seiring bertambahnya kedalaman di bawah permukaan bumi. Rata-rata gradien geotermal adalah sekitar 25-30°C per kilometer kedalaman.
- Intrusi Magma: Kontak batuan di sekitarnya dengan massa magma panas yang mengintrusi dapat menyebabkan pemanasan lokal yang intens. Jenis metamorfisme ini disebut metamorfisme kontak.
- Gesekan Tektonik: Di zona sesar, gesekan antara blok-blok batuan yang bergerak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk menyebabkan metamorfisme di area yang sangat terlokalisasi.
2. Tekanan
Tekanan yang tinggi juga berperan krusial dalam metamorfisme. Ada dua jenis tekanan utama:
- Tekanan Konfining (Litostatik): Tekanan yang seragam dari segala arah, seperti tekanan yang dialami batuan akibat beban batuan di atasnya. Tekanan ini cenderung mengurangi volume batuan dan menyebabkan mineral menjadi lebih padat.
- Tekanan Diferensial (Terarah/Stres): Tekanan yang tidak seragam, yaitu tekanan yang lebih besar dalam satu arah daripada arah lainnya. Tekanan ini seringkali terkait dengan aktivitas tektonik, seperti tabrakan lempeng. Tekanan diferensial menyebabkan mineral menjadi sejajar (foliasi) tegak lurus terhadap arah tekanan maksimum, serta dapat menyebabkan deformasi batuan.
3. Fluida Aktif Kimiawi
Air dan zat volatil lainnya (seperti karbon dioksida) yang terperangkap dalam pori-pori batuan atau yang dilepaskan selama metamorfisme dapat menjadi fluida aktif secara kimiawi. Fluida ini bertindak sebagai katalis, membantu mempercepat reaksi kimia, melarutkan mineral, dan mengangkut ion-ion untuk membentuk mineral baru. Proses ini dikenal sebagai metasomatisme. Air dapat berasal dari:
- Air yang terperangkap dalam sedimen saat pengendapan.
- Air yang dilepaskan dari mineral hidrat selama dehidrasi.
- Fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magma.
4. Waktu
Semua proses metamorfisme membutuhkan waktu geologi yang sangat lama, mulai dari ribuan hingga jutaan tahun, agar mineral-mineral dapat beradaptasi dan berubah bentuk. Semakin lama batuan terpapar pada kondisi metamorfik, semakin lengkap pula transformasinya.
Jenis-jenis Metamorfisme
Berdasarkan kombinasi faktor-faktor di atas dan lingkungan geologinya, metamorfisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
1. Metamorfisme Kontak (Termal)
Terjadi ketika batuan diubah oleh panas dari intrusi magma. Efeknya paling intens di dekat kontak langsung dengan massa magma dan berkurang seiring jarak. Zona batuan yang termetamorfosa di sekitar intrusi disebut aureole metamorfik. Tekanan litostatik umumnya rendah. Contoh batuan yang terbentuk: Hornfels, Kuarsit.
2. Metamorfisme Regional (Dinamotermal)
Ini adalah jenis metamorfisme yang paling umum dan terjadi pada skala yang sangat besar, seringkali terkait dengan aktivitas pembentukan pegunungan (orogenesa) di batas lempeng konvergen. Batuan terpapar pada panas dan tekanan diferensial yang tinggi, menghasilkan batuan foliasi. Contoh batuan yang terbentuk: Slate, Filit, Sekis, Gneiss.
3. Metamorfisme Dinamik (Katalkastik)
Terjadi sepanjang zona sesar aktif di mana batuan mengalami tekanan geser yang intens dan deformasi mekanis. Panas dapat dihasilkan dari gesekan. Batuan yang terbentuk sering disebut milonit atau breksi sesar.
4. Metamorfisme Penguburan (Burial Metamorphism)
Terjadi ketika batuan sedimen terkubur dalam-dalam di cekungan sedimen yang sangat besar. Peningkatan panas dan tekanan litostatik yang terjadi seiring kedalaman menyebabkan rekristalisasi mineral, tetapi tekanan diferensial mungkin tidak signifikan. Ini adalah bentuk metamorfisme tingkat rendah hingga sedang.
5. Metamorfisme Hidrotermal
Melibatkan interaksi batuan dengan fluida panas yang aktif secara kimiawi. Fluida ini dapat berasal dari magma atau air laut yang bersirkulasi di dekat sumber panas. Jenis metamorfisme ini sangat umum di punggungan tengah samudra, di mana air laut panas bersirkulasi melalui batuan basal dan menyebabkan alterasi mineral yang signifikan (misalnya, pembentukan serpentinit).
6. Metamorfisme Dampak (Impact Metamorphism)
Terjadi ketika meteorit besar menabrak permukaan bumi. Energi kinetik tumbukan diubah menjadi panas dan tekanan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, menyebabkan perubahan batuan yang ekstrem seperti pembentukan mineral tekanan tinggi dan batuan yang meleleh sebagian (impaktit).
Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Tekstur
Batuan metamorf diklasifikasikan terutama berdasarkan teksturnya, yaitu bagaimana butiran mineral tersusun. Tekstur adalah indikator penting dari jenis metamorfisme dan kondisi tekanan yang dialami batuan.
1. Batuan Metamorf Berfoliasi (Foliated Metamorphic Rocks)
Batuan foliasi memiliki tekstur planar (seperti berlapis-lapis) yang dihasilkan oleh tekanan diferensial. Mineral-mineral pipih (seperti mika) atau mineral-mineral berbentuk jarum (seperti amfibol) cenderung sejajar tegak lurus terhadap arah tekanan maksimum. Tingkat foliasi bervariasi dari batuan yang berbelah tipis hingga batuan dengan pita-pita mineral yang berbeda.
Macam-macam batuan metamorf berfoliasi meliputi:
a. Slate (Batu Sabak)
- Protolith: Batuan sedimen berbutir halus seperti serpih (shale) atau batulumpur.
- Pembentukan: Metamorfisme tingkat rendah, seringkali regional. Terbentuk pada suhu dan tekanan relatif rendah.
- Karakteristik: Memiliki foliasi yang sangat halus dan rata, disebut cleavage slaty, yang memungkinkan batuan ini terbelah menjadi lembaran-lembaran tipis dan rata. Butiran mineral tidak terlihat oleh mata telanjang. Warna bervariasi, dari abu-abu gelap, hitam, hijau, merah, hingga ungu.
- Penggunaan: Bahan atap, lantai, papan tulis, ubin, dan dekorasi.
- Ciri Khas: Kemampuan membelah sangat baik, tidak bereaksi dengan asam.
b. Phyllite (Filit)
- Protolith: Terutama serpih (shale) atau slate yang mengalami metamorfisme lebih lanjut.
- Pembentukan: Metamorfisme tingkat rendah hingga menengah, biasanya regional. Terbentuk pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi dari slate.
- Karakteristik: Memiliki foliasi yang lebih kasar daripada slate, disebut phyllitic sheen atau kilap filitik, yang disebabkan oleh pertumbuhan mineral mika yang sangat halus namun cukup besar untuk memantulkan cahaya. Permukaannya seringkali bergelombang. Warna umumnya abu-abu kehijauan atau keperakan.
- Penggunaan: Terkadang digunakan sebagai batu hias atau ubin.
- Ciri Khas: Kilap keperakan yang khas, tekstur yang sedikit lebih kasar dari slate.
c. Schist (Sekis)
- Protolith: Serpih (shale), batulumpur, batuan beku basa, atau batuan metamorf lain (seperti filit).
- Pembentukan: Metamorfisme tingkat menengah hingga tinggi, umumnya regional. Terbentuk pada suhu dan tekanan yang signifikan, menyebabkan pertumbuhan mineral mika yang lebih besar.
- Karakteristik: Foliasi yang sangat jelas dan kasar, disebut schistosity, di mana mineral-mineral mika (muskovit, biotit) atau klorit berorientasi sejajar dan terlihat jelas oleh mata telanjang, memberikan tampilan berkilau. Sering mengandung mineral porfiroblas seperti garnet, staurolit, atau kianit.
- Penggunaan: Terkadang sebagai batu bangunan lokal atau batu hias.
- Ciri Khas: Kilap yang jelas dari mika yang terlihat, sering mengandung mineral besar yang terisolasi.
d. Gneiss (Gneis)
- Protolith: Granit, batuan beku felsik lainnya, batuan sedimen (seperti arkose), atau sekis.
- Pembentukan: Metamorfisme tingkat tinggi, biasanya regional, pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Beberapa gneiss mungkin mengalami peleburan parsial (migmatit).
- Karakteristik: Foliasi yang kuat dalam bentuk pita-pita terang dan gelap yang berselang-seling, disebut gneissic banding. Pita terang didominasi oleh mineral felsik (kuarsa, feldspar), sedangkan pita gelap oleh mineral mafik (biotit, hornblende). Mineral-mineralnya berbutir kasar dan terlihat jelas.
- Penggunaan: Batu bangunan, bahan konstruksi, hiasan.
- Ciri Khas: Pita-pita mineral terang dan gelap yang mencolok, butiran kasar.
e. Mylonite (Milonit)
- Protolith: Berbagai jenis batuan, seperti granit, gabro, batugamping, dll.
- Pembentukan: Metamorfisme dinamik atau kataklastik yang intens di zona sesar. Terjadi karena deformasi geser yang kuat pada kedalaman menengah hingga tinggi di kerak bumi.
- Karakteristik: Batuan berbutir sangat halus dan padat, seringkali memiliki foliasi yang terbentuk oleh orientasi mineral-mineral yang memanjang atau terpipihkan akibat geser. Dapat memiliki struktur pita atau lensa yang disebut augen (mata) yang merupakan sisa-sisa mineral yang lebih besar.
- Penggunaan: Lebih sebagai objek studi geologi untuk memahami deformasi batuan daripada penggunaan praktis.
- Ciri Khas: Tekstur ultra-halus akibat penghancuran mekanis dan rekristalisasi dinamis, sering ditemukan di zona sesar besar.
f. Migmatite (Migmatit)
- Protolith: Gneiss atau batuan metamorf tingkat tinggi lainnya.
- Pembentukan: Terjadi pada kondisi transisi antara metamorfisme tingkat tinggi dan peleburan (anateksis), di mana sebagian batuan mulai meleleh. Ini menandai batas atas metamorfisme.
- Karakteristik: Memiliki tampilan campuran antara batuan metamorf (gneissic) dan batuan beku (granitik). Terdiri dari pita-pita metamorfik gelap yang tidak meleleh dan pita-pita terang yang merupakan hasil kristalisasi dari lelehan parsial.
- Penggunaan: Batu hias atau bangunan.
- Ciri Khas: Batuan hibrida yang menunjukkan bukti metamorfisme ekstrem dan peleburan parsial.
2. Batuan Metamorf Non-Foliasi (Non-Foliated Metamorphic Rocks)
Batuan non-foliasi terbentuk di lingkungan di mana tekanan konfining mendominasi (tekanan seragam dari segala arah) atau di mana mineral-mineral yang membentuk batuan tidak memiliki bentuk planar atau memanjang yang memungkinkan mereka untuk sejajar. Batuan ini cenderung memiliki tekstur granoblastik (butiran mineral saling mengunci tanpa orientasi tertentu).
Macam-macam batuan metamorf non-foliasi meliputi:
a. Marble (Marmer)
- Protolith: Batugamping atau dolomit.
- Pembentukan: Metamorfisme kontak atau regional. Terbentuk dari rekristalisasi kalsit atau dolomit.
- Karakteristik: Terdiri hampir seluruhnya dari butiran kalsit atau dolomit yang saling mengunci. Bereaksi kuat dengan asam klorida encer. Teksturnya granoblastik. Warna sangat bervariasi, dari putih murni (jika protolith sangat murni) hingga merah muda, hijau, hitam, atau bergaris-garis karena adanya pengotor (seperti mineral silikat, oksida besi, grafit).
- Penggunaan: Bahan bangunan mewah, patung, lantai, pelapis dinding, meja, dan dekorasi.
- Ciri Khas: Kekerasan relatif lunak (dapat tergores pisau), bereaksi dengan asam, tekstur butiran kristal yang terlihat.
b. Quartzite (Kuarsit)
- Protolith: Batupasir kuarsa.
- Pembentukan: Metamorfisme kontak atau regional tingkat menengah hingga tinggi. Butiran kuarsa dalam batupasir mengalami rekristalisasi dan saling mengunci, menghilangkan porositas asli.
- Karakteristik: Batuan yang sangat keras dan tahan abrasi, sebagian besar terdiri dari kuarsa (lebih dari 90%). Fraktur menembus butiran kuarsa, bukan di sekitar butiran seperti pada batupasir. Warna umumnya putih atau abu-abu terang, tetapi bisa juga merah muda, kuning, atau cokelat karena pengotor oksida besi.
- Penggunaan: Bahan konstruksi, agregat jalan, batu hias, ubin, pembuatan keramik, industri kaca.
- Ciri Khas: Sangat keras (lebih keras dari baja), tidak bereaksi dengan asam, fraktur konkoidal (pecah seperti kaca) atau menembus butiran.
c. Hornfels (Hornfels)
- Protolith: Berbagai jenis batuan, seperti serpih, batupasir, batuan beku.
- Pembentukan: Metamorfisme kontak murni, terjadi di aureole metamorfik di sekitar intrusi magma. Terbentuk pada suhu tinggi tetapi tekanan rendah dan seragam.
- Karakteristik: Batuan yang sangat keras, berbutir halus, dan padat. Teksturnya biasanya granoblastik atau hornfelsik, di mana butiran mineral tidak memiliki orientasi yang jelas. Warna umumnya gelap (hitam, abu-abu gelap). Kadang memiliki tekstur porfiroblastik.
- Penggunaan: Kurang umum digunakan secara komersial, kadang sebagai agregat.
- Ciri Khas: Sangat keras, berbutir halus, non-foliasi, sering menunjukkan struktur konkoidal.
d. Anthracite (Antrasit)
- Protolith: Batubara bitumen (bituminous coal).
- Pembentukan: Metamorfisme regional tingkat rendah hingga menengah. Peningkatan suhu dan tekanan menghilangkan zat volatil dan meningkatkan kandungan karbon.
- Karakteristik: Jenis batubara dengan peringkat tertinggi, paling keras, dan kandungan karbon tertinggi (92-98%). Memiliki kilap sub-metalik hingga metalik. Pembakaran bersih dengan sedikit jelaga.
- Penggunaan: Bahan bakar (pemanas rumah, pembangkit listrik), industri baja, filtrasi air.
- Ciri Khas: Sangat keras dan padat, kilap metalik, terbakar bersih, kandungan karbon tinggi.
e. Serpentinite (Serpentinit)
- Protolith: Batuan beku ultramafik seperti peridotit (kaya olivin dan piroksen).
- Pembentukan: Metamorfisme hidrotermal (serpentinisasi), di mana batuan ultramafik bereaksi dengan air pada suhu relatif rendah.
- Karakteristik: Terdiri dominan dari mineral kelompok serpentin (antigorit, krisotil, lizardit). Seringkali memiliki warna hijau tua, hijau kebiruan, atau hijau kekuningan, dengan tekstur yang licin dan berminyak. Bisa memiliki pola belang-belang atau berbintik.
- Penggunaan: Batu hias ("verde antico"), ukiran, bahan bangunan (meskipun beberapa varietas krisotil adalah asbes), sumber nikel dan kromium.
- Ciri Khas: Warna hijau mencolok, tekstur licin atau bersisik, relatif lunak.
f. Soapstone (Steatite/Batulilin)
- Protolith: Batuan ultramafik (seperti peridotit atau dunit) atau batuan dolomit termetamorfosa.
- Pembentukan: Metamorfisme kontak atau regional dengan metasomatisme (penambahan fluida kaya silika). Terutama terbentuk dari mineral talk.
- Karakteristik: Batuan yang sangat lembut dan memiliki tekstur berminyak atau sabun. Warna umumnya abu-abu, hijau, atau putih. Komposisi utama adalah talk (minerals terlembut di skala Mohs), seringkali bercampur dengan klorit, magnetit, dan piroksen.
- Penggunaan: Ukiran, pelapis interior tahan panas (tungku, perapian), meja laboratorium, kosmetik (bedak talk), pelumas.
- Ciri Khas: Sangat lembut (dapat digores kuku), tekstur sabun yang khas.
g. Eclogite (Eklogit)
- Protolith: Batuan beku basa seperti basal atau gabro.
- Pembentukan: Metamorfisme tingkat sangat tinggi pada tekanan sangat tinggi (suhu 400-1000°C, tekanan 10-25 kbar), biasanya di zona subduksi yang dalam atau bagian bawah kerak benua.
- Karakteristik: Batuan padat dan berbutir kasar, umumnya berwarna merah tua dan hijau. Terdiri dari mineral piroksen (omfasit) yang berwarna hijau dan garnet (pirop) yang berwarna merah tua, tanpa plagioklas feldspar.
- Penggunaan: Terutama sebagai objek studi geologi karena formasi pada kondisi ekstrem, kadang ditemukan sebagai inklusi di intan.
- Ciri Khas: Komposisi mineral yang unik (omfasit + pirop), kepadatan sangat tinggi, menunjukkan kondisi tekanan ekstrem.
Fasies Metamorfik: Jendela ke Kondisi Pembentukan
Selain klasifikasi berdasarkan tekstur dan mineralogi spesifik, batuan metamorf juga diklasifikasikan berdasarkan fasies metamorfik. Fasies metamorfik adalah sekumpulan mineral yang secara khas stabil pada rentang suhu dan tekanan tertentu. Dengan mengidentifikasi kumpulan mineral dalam suatu batuan metamorf, ahli geologi dapat menyimpulkan kondisi suhu dan tekanan (P-T) di mana batuan tersebut terbentuk.
Beberapa fasies metamorfik utama meliputi:
- Fasies Zeolit: Kondisi P-T terendah, seringkali tahap awal metamorfisme penguburan.
- Fasies Sekis Hijau (Greenschist Facies): Metamorfisme tingkat rendah hingga menengah. Ditandai oleh mineral klorit, serisit (mika muskovit halus), epidot, dan albit. Memberikan warna kehijauan pada batuan. Contoh: Sekis Hijau.
- Fasies Amfibolit (Amphibolite Facies): Metamorfisme tingkat menengah hingga tinggi. Ditandai oleh hornblende, plagioklas (oligoklas-andesin), garnet, biotit, dan kianit. Contoh: Amfibolit, Sekis Garnet, Gneiss.
- Fasies Granulit (Granulite Facies): Metamorfisme tingkat tinggi dan suhu sangat tinggi. Ditandai oleh mineral anhidrat seperti piroksen, garnet, kianit, silimanit, dan feldspar. Contoh: Granulit, Gneiss tingkat tinggi.
- Fasies Blueschist (Blueschist Facies): Kondisi tekanan tinggi dan suhu relatif rendah. Khas di zona subduksi. Ditandai oleh glaukofan (amfibol biru), lawsonit, dan epidot. Contoh: Sekis Biru.
- Fasies Eklogit (Eclogite Facies): Kondisi tekanan sangat tinggi dan suhu tinggi. Ditandai oleh omfasit (piroksen hijau) dan pirop (garnet merah).
- Fasies Hornfels: Khas untuk metamorfisme kontak, kondisi suhu tinggi dan tekanan rendah. Ditandai oleh mineral seperti kordierit, andalusit, dan biotit.
Studi fasies metamorfik adalah alat yang ampuh untuk memahami sejarah tektonik suatu wilayah dan bagaimana batuan-batuan tersebut bergerak melalui kerak bumi seiring waktu.
Pentingnya Ekonomi Batuan Metamorf
Selain nilai ilmiahnya, banyak macam batuan metamorf yang memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Penggunaannya telah berlangsung selama ribuan tahun dan masih relevan hingga saat ini:
- Bahan Bangunan dan Dekorasi: Marmer dan gneiss adalah pilihan populer untuk lantai, dinding, meja, dan patung karena keindahan dan daya tahannya. Slate digunakan untuk atap dan ubin. Serpentinit digunakan sebagai batu hias.
- Industri: Kuarsit digunakan sebagai agregat dalam konstruksi jalan dan rel kereta api, serta sebagai bahan baku untuk industri kaca dan keramik. Talk (dari soapstone) digunakan dalam kosmetik, cat, dan pelumas. Grafit (metamorfisme karbon) digunakan dalam pensil, pelumas, dan elektroda.
- Mineral Berharga: Batuan metamorf dapat menjadi host bagi mineral berharga seperti garnet (abrasif dan permata), kianit (bahan tahan api), staurolit, dan kordierit. Bahkan permata seperti rubi dan safir kadang ditemukan di batuan metamorf.
- Bahan Bakar: Antrasit adalah bentuk batubara paling berkualitas tinggi, digunakan sebagai bahan bakar yang efisien dan bersih.
Kesimpulan
Dunia batuan metamorf adalah bukti nyata kekuatan luar biasa dari proses geologi yang beroperasi jauh di dalam bumi. Dari lembaran tipis slate hingga pita-pita mencolok pada gneiss, dan keindahan abadi marmer, setiap macam batuan metamorf menceritakan kisah unik tentang suhu ekstrem, tekanan yang tak terbayangkan, dan transformasi kimiawi yang mendalam. Kemampuan batuan untuk berubah dan beradaptasi dengan lingkungan baru inilah yang menjadikannya subjek studi yang menarik dan sumber daya yang tak ternilai harganya.
Memahami macam-macam batuan metamorf bukan hanya menambah wawasan kita tentang geologi, tetapi juga membantu kita menghargai bagaimana batuan ini membentuk lanskap kita, mendukung pembangunan peradaban kita, dan terus mengungkapkan rahasia interior bumi yang dinamis.