Obat golongan penisilin adalah salah satu kelompok antibiotik tertua dan paling sering digunakan dalam dunia medis. Di antara keluarga besar ini, Ampisilin dan Amoksisilin seringkali menjadi pilihan utama dokter untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri. Meskipun keduanya memiliki struktur inti yang sangat mirip dan mekanisme kerja yang serupa, terdapat perbedaan penting dalam penyerapan tubuh, spektrum aktivitas, dan efek samping yang membuat keduanya memiliki indikasi penggunaan yang berbeda.
Apa Itu Ampisilin dan Amoksisilin?
Baik Ampisilin maupun Amoksisilin termasuk dalam kelas antibiotik beta-laktam. Mereka bekerja dengan cara mengganggu sintesis dinding sel bakteri, yang mengakibatkan bakteri tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati (bakterisidal). Keduanya efektif melawan berbagai bakteri Gram-positif dan beberapa bakteri Gram-negatif.
Perbedaan kimiawi utamanya terletak pada gugus samping molekulnya. Amoksisilin memiliki gugus hidroksil tambahan pada rantai sampingnya dibandingkan Ampisilin. Perbedaan struktural minor ini menghasilkan dampak signifikan pada bagaimana obat tersebut diserap dan dimetabolisme oleh tubuh manusia.
Perbedaan Utama: Penyerapan dan Bioavailabilitas
Inilah titik paling krusial dalam membandingkan kedua obat ini.
- Amoksisilin: Memiliki bioavailabilitas oral yang jauh lebih unggul. Ini berarti Amoksisilin diserap lebih baik dan lebih cepat di saluran pencernaan (sekitar 70% hingga 90% dosis yang diminum terserap dalam darah). Karena penyerapan yang baik, Amoksisilin dapat diberikan dengan atau tanpa makanan tanpa mempengaruhi efektivitasnya secara drastis.
- Ampisilin: Memiliki bioavailabilitas yang lebih rendah, rata-rata hanya sekitar 30% hingga 50% yang berhasil diserap. Penyerapan Ampisilin juga dapat terganggu jika dikonsumsi bersama makanan. Oleh karena itu, Ampisilin sering kali harus diminum saat perut kosong untuk memastikan efektivitas maksimal.
Karena profil penyerapan yang lebih baik, Amoksisilin sering dipilih sebagai antibiotik lini pertama untuk infeksi umum karena lebih mudah dikonsumsi pasien dan mencapai konsentrasi terapeutik dalam darah lebih andal.
Spektrum Aktivitas dan Penggunaan Klinis
Meskipun keduanya memiliki spektrum yang tumpang tindih, beberapa dokter mungkin memilih salah satunya berdasarkan jenis infeksi yang dicurigai atau sudah teridentifikasi.
Penggunaan Ampisilin
Ampisilin, terutama dalam bentuk suntikan (intravena/intramuskular), sering digunakan untuk mengobati infeksi yang lebih serius atau ketika pasien tidak dapat menoleransi pemberian obat oral, seperti:
- Meningitis (infeksi selaput otak), terutama pada neonatus.
- Infeksi serius saluran kemih.
- Beberapa kasus endokarditis.
Penggunaan Amoksisilin
Amoksisilin adalah andalan untuk pengobatan infeksi komunitas yang umum karena kemudahan dosis dan efektivitasnya. Contohnya meliputi:
- Infeksi telinga tengah (otitis media).
- Infeksi sinus (sinusitis).
- Infeksi saluran pernapasan atas dan bawah ringan hingga sedang (seperti faringitis/radang tenggorokan).
- Pemberantasan bakteri H. pylori (dalam terapi kombinasi untuk tukak lambung).
Kombinasi dengan Inhibitor Beta-Laktamase
Kedua obat ini rentan terhadap penghancuran oleh enzim yang diproduksi oleh beberapa bakteri resisten, yang disebut beta-laktamase. Untuk mengatasi hal ini, Ampisilin dan Amoksisilin sering dikombinasikan dengan inhibitor beta-laktamase.
Contohnya adalah Amoksisilin/Asam Klavulanat (sering dikenal dengan nama dagang tertentu). Penambahan asam klavulanat melindungi Amoksisilin dari degradasi, memperluas spektrum aktivitasnya melawan bakteri yang memproduksi enzim tersebut. Ampisilin juga memiliki kombinasi serupa.
Pertimbangan Efek Samping
Secara umum, profil efek samping antara Ampisilin dan Amoksisilin cukup mirip, dengan fokus utama pada reaksi gastrointestinal (mual, muntah, diare) dan reaksi alergi (ruam kulit hingga anafilaksis).
Namun, karena penyerapan Amoksisilin yang lebih baik, beberapa pasien mungkin melaporkan frekuensi diare yang sedikit lebih tinggi, meskipun hal ini sangat bervariasi antar individu. Alergi terhadap penisilin bersifat silang; jika seseorang alergi terhadap Ampisilin, kemungkinan besar mereka juga alergi terhadap Amoksisilin, dan sebaliknya.
Kesimpulan: Mana yang Dipilih?
Keputusan untuk menggunakan obat Ampisilin dan Amoksisilin sepenuhnya berada di tangan dokter. Meskipun Amoksisilin seringkali lebih disukai untuk pengobatan oral rutin karena penyerapan superiornya, Ampisilin tetap menjadi pilihan vital, terutama dalam bentuk intravena untuk kondisi infeksi yang mengancam jiwa atau pada populasi pasien tertentu. Keduanya adalah senjata yang efektif melawan infeksi bakteri, namun konteks klinis, keparahan infeksi, dan cara pemberian menentukan antibiotik mana yang paling tepat untuk diberikan. Selalu ikuti dosis dan durasi pengobatan sesuai resep dokter.