Alergi susu formula merupakan kondisi yang cukup umum terjadi pada bayi dan balita. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bayi bereaksi berlebihan terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi, yang menjadi bahan dasar mayoritas formula standar. Meskipun menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua, mengenali penyebab alergi susu formula adalah langkah pertama untuk penanganan yang tepat.
Penyebab utama alergi susu sapi (Cow's Milk Protein Allergy/CMPA) terletak pada komponen protein yang ada di dalamnya. Tubuh bayi yang alergi menganggap protein ini sebagai zat asing berbahaya dan mulai memproduksi antibodi spesifik (IgE atau non-IgE) sebagai respons pertahanan. Reaksi inilah yang memicu gejala alergi.
Susu sapi mengandung dua kelompok protein utama: kasein dan whey. Sekitar 80% protein dalam susu sapi adalah kasein. Pada kasus alergi susu formula, reaksi bisa terjadi terhadap salah satu atau kedua jenis protein ini. Reaksi yang timbul bisa bervariasi, mulai dari gatal-gatal ringan, gangguan pencernaan, hingga reaksi sistemik yang lebih serius.
Faktor genetik memainkan peran signifikan dalam perkembangan alergi. Jika salah satu atau kedua orang tua bayi memiliki riwayat alergi (seperti alergi makanan lain, asma, atau eksim/dermatitis atopik), risiko bayi mengembangkan alergi susu formula cenderung lebih tinggi. Ini menunjukkan adanya kecenderungan bawaan dalam sistem imun keluarga tersebut.
Sistem pencernaan bayi, terutama pada beberapa bulan pertama kehidupan, belum sepenuhnya matang. Permeabilitas usus bayi masih lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Hal ini membuat protein susu lebih mudah menembus dinding usus dan memicu respons imun, terutama pada bayi yang sistem imunnya belum teruji secara menyeluruh terhadap protein asing.
Sangat penting untuk membedakan antara alergi susu formula dan intoleransi laktosa, karena keduanya sering disalahartikan. Penyebab alergi susu formula adalah respons sistem imun terhadap protein, sedangkan intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan.
Intoleransi laktosa terjadi karena bayi kekurangan atau kekurangan enzim laktase, yang berfungsi memecah laktosa (gula alami dalam susu). Intoleransi laktosa menyebabkan gejala pencernaan seperti kembung, gas, dan diare, namun tidak melibatkan respons dari sistem kekebalan tubuh dan umumnya tidak mengancam jiwa.
Reaksi alergi terhadap protein susu formula dapat diklasifikasikan berdasarkan kecepatan onset gejala:
Jika Anda mencurigai bayi Anda mengalami alergi susu formula berdasarkan gejala yang muncul, langkah paling penting adalah berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli alergi. Diagnosis yang tepat sangat krusial.
Penanganan utama untuk alergi susu formula adalah penghindaran total terhadap protein penyebab. Dokter biasanya akan merekomendasikan:
Memahami bahwa alergi adalah respons sistem imun terhadap protein—bukan intoleransi gula—akan membantu orang tua memilih solusi nutrisi yang aman dan tepat untuk pertumbuhan optimal si kecil, menghindari pemicu yang menyebabkan reaksi merugikan.