Alergi susu sapi (ASS) adalah salah satu jenis alergi makanan yang paling umum terjadi pada bayi dan anak kecil. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi protein dalam susu sapi—terutama kasein dan whey—sebagai zat berbahaya, sehingga memicu respons alergi. Meskipun sering disalahartikan sebagai intoleransi laktosa, alergi susu sapi adalah reaksi imunologis yang berpotensi lebih serius.
Penting untuk membedakan kedua kondisi ini. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan, di mana tubuh kekurangan enzim laktase untuk memecah gula laktosa. Gejalanya biasanya terbatas pada perut kembung, diare, atau sakit perut. Di sisi lain, alergi susu sapi melibatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu gejala yang jauh lebih luas dan mengancam jiwa.
Reaksi alergi bisa timbul cepat atau tertunda. Gejala yang sering muncul meliputi:
Jika Anda mencurigai adanya susu alergi susu sapi pada diri sendiri atau anak Anda, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis alergi atau dokter anak. Diagnosis sering melibatkan kombinasi riwayat medis terperinci dan tes alergi (seperti tes tusuk kulit atau tes darah IgE spesifik).
Penanganan utama alergi susu sapi adalah penghindaran total (eliminasi) terhadap semua produk yang mengandung susu sapi. Ini memerlukan kewaspadaan tinggi terhadap bahan-bahan tersembunyi dalam makanan olahan.
Untuk memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi, terutama pada masa pertumbuhan, menemukan pengganti susu sapi yang tepat sangat krusial. Pilihan pengganti harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan nutrisi spesifik individu.
Bagi mereka yang hidup dengan alergi susu sapi, label makanan adalah garis pertahanan pertama. Di banyak negara, termasuk Indonesia, produsen wajib mencantumkan alergen utama. Cari kata kunci seperti "mengandung produk susu," "whey," "kasein," "laktosa," atau "buttermilk."
Bahan yang sering tersembunyi di balik label yang membingungkan antara lain:
Meskipun alergi susu sapi seringkali sembuh seiring bertambahnya usia (terutama pada anak), beberapa individu akan memilikinya seumur hidup. Manajemen diet yang ketat dan pengetahuan yang mendalam tentang potensi bahaya sangat penting untuk menjalani hidup sehat dan aman.