Ilustrasi sederhana merepresentasikan keseimbangan dan elemen arsitektural.
Ketika kita membahas desain yang mendalam, terutama yang menyentuh estetika Jepang, kata kunci seperti Zen, minimalisme, dan harmoni sering muncul. Salah satu konsep yang sering diasosiasikan dengan pencapaian estetika tersebut, meskipun mungkin tidak secara harfiah merupakan istilah arsitektur tunggal, adalah pemahaman mendalam tentang hubungan antara materi, ruang, dan pengalaman manusia. Dalam konteks ini, kita dapat meninjau konsep yang merangkum prinsip-prinsip desain tertentu yang sering terlihat pada karya-karya master seperti Tadao Ando. Meskipun "Tadaoando" bukan istilah filosofis formal, ia merujuk pada esensi desain yang dipraktikkan oleh arsitek peraih Pritzker Prize tersebut.
Inti dari apa yang sering digambarkan sebagai semangat desain "Tadaoando" terletak pada penggunaan material sederhana—terutama beton ekspos—untuk menciptakan dialog kuat antara alam dan struktur buatan manusia. Ini adalah pencarian akan kesempurnaan melalui kesederhanaan (minimalisme radikal) dan eksplorasi mendalam terhadap cahaya dan bayangan (pencahayaan alami).
Tadao Ando terkenal karena karyanya yang didominasi oleh beton bertulang yang dicetak dengan presisi luar biasa. Beton ini tidak ditutupi cat atau lapisan lain; permukaannya dibiarkan mentah, memperlihatkan jejak cetakan kayu atau bentuk bekisting yang digunakan. Penggunaan beton dalam semangat tadaoando berfungsi ganda: sebagai bahan struktural yang kuat dan sebagai kanvas tekstural. Tekstur beton yang dingin dan keras ini secara paradoks digunakan untuk menciptakan suasana yang tenang dan meditatif.
Beton memungkinkan arsitek untuk mengontrol hampir setiap aspek visual permukaan. Dalam filosofi ini, materialitas bukan hanya tentang fungsi, tetapi juga tentang memunculkan rasa permanensi dan kejujuran struktural. Hal ini kontras dengan banyak arsitektur modern yang cenderung menyembunyikan struktur di balik fasad dekoratif.
Aspek paling mendalam dari desain yang mengusung semangat tadaoando adalah manipulasi cahaya alami. Ando sering merancang celah sempit, jendela strip tanpa bingkai, atau bukaan atap yang strategis untuk memungkinkan cahaya memasuki ruang secara terarah dan terkontrol. Cahaya tidak sekadar menerangi; ia menjadi elemen desain yang aktif.
Desain yang terinspirasi oleh prinsip tadaoando selalu berupaya menyelaraskan bangunan dengan tapak (lokasi) dan alam sekitarnya. Meskipun beton tampak keras, tujuannya adalah menciptakan transisi yang mulus. Contohnya, sebuah dinding beton yang menjulang tinggi mungkin bertemu dengan kolam air yang tenang, menciptakan refleksi visual yang memecah kekakuan material.
Konsep Jepang yang relevan di sini adalah Ma—ruang kosong, jeda, atau interval. Dalam desain ini, ruang yang 'kosong' sama pentingnya dengan elemen yang dibangun. Area kosong di sekitar bangunan atau sisa ruang di dalam ruangan berfungsi sebagai tempat bagi pikiran untuk beristirahat dan memungkinkan material serta cahaya untuk 'berbicara'. Kesederhanaan yang ekstrem ini memaksa pengguna untuk fokus pada esensi pengalaman spasial.
Meskipun sangat spesifik pada warisan sang maestro, prinsip-prinsip inti dari pendekatan tadaoando telah diadopsi secara luas dalam desain kontemporer, tidak hanya di arsitektur tetapi juga dalam desain produk dan antarmuka digital. Ketika desainer berupaya menciptakan pengalaman yang tenang, berfokus pada materialitas jujur, dan memprioritaskan interaksi pengguna dengan cahaya dan ruang kosong, mereka secara tidak langsung mengikuti jejak filosofis ini. Ini adalah penolakan terhadap ornamen berlebihan demi kejelasan struktural dan pengalaman sensorik yang murni.
Menciptakan ruang yang benar-benar bermakna memerlukan pemahaman bahwa materi, cahaya, dan ketiadaan (ruang kosong) adalah mitra yang setara. Dengan menerapkan disiplin dan presisi yang terlihat dalam karya-karya yang mengusung semangat tadaoando, desainer dapat menghasilkan karya yang tidak hanya fungsional tetapi juga menginspirasi refleksi mendalam.