Membedah Etika Pendidikan: Tadzkiratus Saami wal Mutakallim

Refleksi tentang Adab Guru dan Murid dalam Tradisi Keilmuan Islam

Diskusi Intelektual

Ilustrasi konsep pembelajaran terstruktur.

Pengantar Karya Agung

Karya monumental berjudul Tadzkiratus Saami wal Mutakallim fii Adabil Alim wal Muta’allim (Peringatan bagi Pendengar dan Pembicara tentang Etika Guru dan Murid) merupakan risalah penting dalam tradisi keilmuan Islam. Ditulis oleh seorang ulama terkemuka, karya ini secara sistematis menguraikan tata krama, etika profesional, dan tanggung jawab moral yang harus dipegang teguh oleh dua pilar utama proses pendidikan: pengajar (Alim) dan pelajar (Muta’allim). Di tengah derasnya arus informasi saat ini, memahami kerangka etika yang ditawarkan oleh Imam Ibnu Jama'ah ini menjadi semakin relevan untuk memastikan bahwa transfer ilmu tidak hanya menghasilkan kecerdasan, tetapi juga karakter yang luhur.

Etika Sang Guru (Al-Alim)

Peran guru dalam Islam dipandang sebagai penerus para nabi, sebuah amanah yang sangat berat. Kitab ini menekankan bahwa guru tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi, tetapi juga menjadi teladan (uswatun hasanah). Adab seorang pengajar mencakup integritas pribadi, kejujuran dalam mengajar, dan kesabaran yang tak terbatas terhadap kegagapan murid. Guru harus menjaga lisan dan perilakunya karena hal tersebut akan dicontoh langsung oleh muridnya. Selain itu, seorang guru disarankan untuk tidak memandang remeh sedikit pun ilmu yang ia ajarkan, dan selalu berusaha mengajarkan sesuai dengan kapasitas pemahaman muridnya, bukan standar keilmuan tertinggi miliknya semata.

"Keutamaan seorang guru terletak pada kesucian niatnya dalam mengajar dan kesabarannya dalam menghadapi kebodohan."

Kewajiban lain adalah menjaga rahasia murid, tidak meremehkan pertanyaan, dan selalu memperbaiki diri. Guru yang menuntut pengakuan berlebihan atau mencari keuntungan duniawi dari ilmunya telah menyimpang dari manhaj yang digariskan dalam risalah ini.

Tanggung Jawab Sang Murid (Al-Muta’allim)

Di sisi lain, Tadzkiratus Saami wal Mutakallim memberikan panduan komprehensif bagi para penuntut ilmu. Adab murid dimulai dari niat yang murni, yaitu menuntut ilmu demi mengharapkan keridhaan Allah semata, bukan popularitas atau jabatan. Kerendahan hati adalah kunci utama. Seorang murid wajib menunjukkan penghormatan tertinggi kepada gurunya. Ini meliputi cara berbicara, cara berjalan di hadapan guru, dan kesiapan total untuk menerima arahan tanpa bantahan yang tidak perlu.

Aspek penting lainnya adalah dedikasi dalam menyimak dan mencatat. Dalam terminologi lama, ini berarti memusatkan pendengaran (saami) dan menjaga kebersihan hati dari maksiat yang dapat menghalangi penerimaan ilmu. Murid harus berusaha menjadi pendengar yang aktif, bukan sekadar pengisi kursi. Mereka juga didorong untuk tidak menyela pembicaraan guru dan menahan diri dari perdebatan yang didasari oleh kesombongan intelektual. Ketika seorang murid telah menguasai suatu ilmu, etika selanjutnya adalah bagaimana ia bisa mengamalkan ilmu tersebut sebelum mengajarkannya kepada orang lain.

Dinamika Interaksi yang Sehat

Kitab ini secara elegan menjembatani hubungan antara kedua belah pihak. Ia menegaskan bahwa hubungan guru-murid adalah hubungan simbiosis mutualisme yang didasari oleh rasa hormat dan kasih sayang yang seimbang. Guru harus menyayangi murid seperti anaknya sendiri, sementara murid harus memandang guru sebagai sumber cahaya dan kebenaran yang terpercaya. Jarak profesionalitas tetap dijaga, namun kehangatan nasihat dan bimbingan harus selalu hadir.

Mengabaikan adab, baik dari pihak guru maupun murid, dikhawatirkan akan membawa dampak buruk pada kualitas ilmu yang dihasilkan. Ilmu tanpa adab diibaratkan bangunan megah tanpa fondasi—ia akan mudah runtuh saat diuji oleh realitas kehidupan. Oleh karena itu, Tadzkiratus Saami wal Mutakallim bukan sekadar buku sejarah pendidikan, melainkan manual abadi tentang integritas moral dalam menimba dan menyebarkan pengetahuan. Mempelajari dan mengimplementasikan ajarannya adalah langkah nyata menuju pembentukan generasi yang cerdas sekaligus berakhlak mulia.

🏠 Homepage