Alergi, yang secara umum dikenal sebagai reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat yang seharusnya tidak berbahaya, tidak hanya menyerang anak-anak. Alergi protein pada orang dewasa merupakan kondisi yang semakin sering didiagnosis. Berbeda dengan intoleransi makanan—di mana sistem pencernaan kesulitan mencerna makanan tertentu—alergi melibatkan respons imun yang dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa.
Seringkali, ketika kita berbicara tentang alergi makanan, kita merujuk pada alergi protein. Hampir semua makanan yang mengandung protein berpotensi menyebabkan alergi. Namun, beberapa jenis protein lebih umum memicu reaksi pada populasi dewasa.
Meskipun banyak alergi makanan muncul sejak masa kanak-kanak (seperti alergi susu atau telur), munculnya alergi protein baru pada usia dewasa bisa membingungkan. Ada beberapa teori yang mendasarinya:
Pada anak-anak, alergi terhadap susu sapi, telur, dan kacang tanah mendominasi. Namun, pada orang dewasa, spektrum alergen cenderung lebih luas dan sering kali berhubungan dengan sumber protein yang sering dikonsumsi dalam diet sehari-hari.
Beberapa protein yang paling sering menyebabkan alergi pada orang dewasa meliputi:
Gejala alergi protein biasanya muncul dalam beberapa menit hingga dua jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Gejala pada orang dewasa seringkali melibatkan lebih dari satu sistem tubuh:
Penting untuk membedakan reaksi alergi (melibatkan sistem imun) dari intoleransi laktosa atau gluten (masalah pencernaan). Jika gejala melibatkan lebih dari satu sistem organ, kecurigaan terhadap alergi protein sangat tinggi.
Pengelolaan alergi protein pada orang dewasa berpusat pada tiga pilar utama: diagnosis akurat, penghindaran total alergen, dan kesiapan darurat.
Langkah pertama adalah mengunjungi dokter spesialis alergi dan imunologi. Diagnosis biasanya melibatkan riwayat medis detail, tes tusuk kulit (skin prick test), dan tes darah untuk mendeteksi antibodi IgE spesifik terhadap protein tertentu.
Setelah alergen teridentifikasi, penghindaran total adalah satu-satunya cara pencegahan yang efektif. Hal ini memerlukan kehati-hatian ekstrem dalam membaca label makanan, karena protein alergen seringkali tersembunyi dalam bahan tambahan makanan, saus, atau bumbu. Waspadai kontaminasi silang, terutama saat makan di luar rumah.
Bagi mereka yang memiliki riwayat reaksi berat, dokter akan meresepkan Autoinjector Epinefrin (seperti EpiPen). Alat ini harus selalu dibawa kemana pun sebagai pertolongan pertama saat terjadi anafilaksis sebelum bantuan medis tiba.