Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen bersejarah yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Momen ini bukan sekadar perayaan kelahiran fisik, melainkan pengingat akan hadirnya sosok pembawa rahmat bagi semesta alam. Memperingati hari kelahiran Rasulullah ﷺ hendaknya diiringi dengan penghayatan mendalam terhadap risalah yang beliau bawa, dan diwujudkan melalui berbagai amalan Maulid Nabi yang mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui kecintaan pada junjungan kita.
Di tengah kemeriahan peringatan, esensi utama yang harus kita pegang adalah meneladani akhlak karimah beliau. Maulid menjadi momentum refleksi kolektif untuk mengevaluasi sejauh mana ajaran Islam—yang dipraktikkan secara sempurna oleh Nabi—telah kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individual maupun sosial.
Amalan Utama dalam Memperingati Maulid Nabi
Untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi bermakna dan bernilai ibadah, berikut adalah beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan:
1. Memperbanyak Shalawat dan Salam
Ini adalah bentuk cinta yang paling mendasar dan langsung. Membaca shalawat adalah perintah langsung dari Al-Qur'an (QS. Al-Ahzab: 56). Dalam konteks Maulid, melantunkan shalawat secara berjamaah atau sendiri menjadi ekspresi sukacita atas kelahiran beliau.
- Dzikir dan Shalawat Berjamaah: Mengadakan majelis shalawat di mana umat berkumpul, membaca kitab maulid (seperti Diba’ atau Barzanji), dan bersenandung pujian untuk Nabi.
- Membaca Shalawat Secara Rutin: Menjadikan shalawat sebagai bagian tak terpisahkan dari wirid harian, melebihi kebiasaan di hari-hari biasa.
2. Mempelajari Sirah Nabawiyah (Sejarah Hidup Nabi)
Bagaimana kita bisa mencintai seseorang tanpa mengenalinya? Mempelajari perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, mulai dari masa kanak-kanak, tantangan kerasulan, hingga strategi dakwahnya, adalah kunci untuk meniru jejak langkahnya.
Fokuslah pada aspek-aspek berikut:
- Kejujuran (Shiddiq) dan Amanah: Bagaimana beliau dipercaya bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul.
- Kesabaran (Shabr) dalam Berdakwah: Menggali kisah-kisah pengorbanan beliau saat menghadapi penolakan.
- Kasih Sayang dan Toleransi: Bagaimana beliau memperlakukan kaum lemah, anak yatim, hingga musuh-musuhnya.
Pengetahuan ini akan menjadi peta jalan praktis dalam mengaplikasikan amalan Maulid Nabi dalam interaksi sehari-hari.
3. Memperbanyak Sedekah dan Berbuat Baik
Kelahiran Nabi adalah rahmat. Untuk mensyukuri rahmat tersebut, umat dianjurkan untuk berbagi kebahagiaan itu kepada sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Rasulullah dikenal sangat dermawan, dan kemurahan hati beliau mencapai puncaknya ketika beliau menyampaikan risalah Islam.
Amalan sedekah Maulid dapat berupa:
- Mengadakan santunan anak yatim atau fakir miskin.
- Menyediakan makanan (tabligh/berbagi makanan) untuk dibagikan kepada jamaah atau masyarakat sekitar, meniru tradisi memberi makan sebagaimana tradisi kaum Anshar kepada Muhajirin.
- Membantu proyek sosial yang berkelanjutan.
4. Memperbaiki Ibadah dan Akhlak Pribadi
Peringatan Maulid bukanlah sekadar ritual seremonial, melainkan seruan untuk melakukan "Maulid Diri"—yaitu kelahiran kembali spiritual kita. Ini berarti saatnya membersihkan hati dari penyakit moral dan memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta.
Fokus pada peningkatan kualitas shalat fardhu, menjaga shalat sunnah (rawatib, dhuha, tahajud), serta menahan diri dari perbuatan yang dilarang agama. Jadikan akhlak Nabi—seperti rendah hati, pemaaf, dan menjaga lisan—sebagai target utama perbaikan diri selama bulan mulia ini.
5. Mengadakan Majelis Ilmu dan Pengajian
Maulid adalah kesempatan emas untuk menyelenggarakan kegiatan yang mendidik umat. Pengajian yang membahas fiqih, tauhid, dan khususnya Sirah Nabawiyah akan menjaga semangat spiritual tetap menyala.
Pastikan majelis ilmu yang diadakan berlandaskan pada pemahaman yang shahih dan menghindari perdebatan yang tidak perlu. Tujuannya tunggal: mencintai Nabi dan mengikuti ajarannya.
Penutup: Cinta yang Diwujudkan dalam Tindakan
Pada hakikatnya, seluruh amalan Maulid Nabi bermuara pada satu hal: mencintai Nabi Muhammad ﷺ dengan cara yang dicintai Allah SWT. Cinta tersebut tidak cukup diungkapkan dengan lisan semata, tetapi harus dibuktikan dengan mengikuti petunjuk-Nya.
Ketika kita merayakan kelahiran beliau, mari kita jadikan setiap tanggal 12 Rabiul Awal sebagai titik awal untuk merevitalisasi komitmen kita terhadap Islam. Dengan meneladani akhlaknya, memperbanyak shalawat, dan berbagi kebaikan, kita berharap kelak akan mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat. Mari kita bawa semangat Maulid ini melampaui satu hari, menjadikannya nafas kehidupan kita sehari-hari.