Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, seorang wali agung dan pendiri tarekat Qadiriyyah, dikenal tidak hanya karena keilmuan dan karamatnya, tetapi juga karena warisan amalan-amalan spiritual yang dipercaya membawa berkah, termasuk dalam aspek rezeki dan kekayaan duniawi yang halal. Bagi banyak pengikutnya, mendekatkan diri kepada Allah melalui wasilah (perantaraan) spiritual yang diajarkan beliau adalah kunci utama membuka pintu kemudahan hidup.
Penting untuk dipahami bahwa fokus utama amalan dari Syekh Abdul Qadir Jaelani bukanlah mencari kekayaan demi kemewahan semata, melainkan untuk mencapai kecukupan (qana'ah) dan menggunakan rezeki tersebut sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kekayaan yang dicari adalah kekayaan hati dan kekayaan materi yang berkah.
Berikut adalah beberapa amalan yang sering dikaitkan dengan beliau dan diyakini dapat membuka pintu rezeki dan kelancaran usaha:
Di kalangan tertentu, terdapat amalan wirid yang secara spesifik disebut sebagai sarana pelancar rezeki, yang sanadnya dihubungkan kembali kepada ajaran Syekh Al-Jilani, meskipun memerlukan ijazah dari guru yang bersambung.
Banyak ulama yang merupakan murid dari jalur Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) mengintegrasikan pembacaan wirid yang meliputi asmaul husna tertentu atau hizib yang diamalkan Syekh sendiri. Misalnya, pengulangan nama Allah yang Maha Kaya (Al-Ghani) atau Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq) dalam jumlah tertentu setelah shalat wajib menjadi rutinitas. Kekuatan amalan ini terletak pada konsistensi dan pemahaman makna di baliknya.
Dikenal sebagai salah satu wirid paling dasar namun kuat untuk urusan rezeki, pengulangan asmaul husna "Ya Fattah" (Wahai Yang Maha Membuka) dan "Ya Razzaq" (Wahai Yang Maha Memberi Rezeki) secara khusyuk dan kontinyu merupakan penekanan bahwa sumber kekayaan hanya dari Allah, dan Syekh mengajarkan cara terbaik untuk memohonnya.
Syekh Abdul Qadir Jaelani selalu mengajarkan bahwa kekayaan duniawi yang berkah datang dari keberanian memberi. Tidak peduli seberapa sedikit, tindakan ikhlas bersedekah atau membantu sesama yang membutuhkan dianggap sebagai 'transaksi' spiritual yang membuka gudang rezeki Ilahi. Prinsipnya, semakin kita memberi, semakin Allah SWT akan mengganti dengan limpahan yang lebih baik.
Semua amalan di atas akan menjadi sia-sia jika niatnya melenceng. Para pengamal yang mengikuti sanad keilmuan Syekh Abdul Qadir Jaelani selalu diingatkan bahwa amalan ini bukan jimat atau mantra, melainkan sarana untuk meningkatkan kualitas spiritualitas (Taqwa) sehingga Allah berkenan melancarkan urusan duniawi. Tawakkal yang sempurna kepada Allah adalah landasan utama. Kekayaan yang diperoleh harus digunakan untuk ketaatan, bukan kemaksiatan.
Dengan menggabungkan amalan rutin, menjaga kebersihan hati, dan berikhtiar secara maksimal di dunia nyata, seorang muslim diharapkan dapat merasakan limpahan berkah rezeki sebagaimana yang diajarkan oleh ajaran luhur Syekh Abdul Qadir Al-Jilani.