Cara Pembedaan Aldehid dan Keton Secara Kimiawi

Aldehid dan keton merupakan dua kelompok senyawa organik yang sangat penting dalam kimia karena keduanya mengandung gugus karbonil ($\text{C=O}$). Perbedaan struktural utama terletak pada letak gugus karbonil tersebut: aldehid memiliki setidaknya satu atom hidrogen terikat pada karbon karbonil ($\text{RCHO}$), sementara keton memiliki dua gugus karbon atau alkil yang terikat pada karbon karbonil ($\text{RCOR'}$). Meskipun strukturnya mirip, sifat kimia, terutama reaktivitasnya terhadap reaksi oksidasi, memungkinkan kita untuk membedakan keduanya dengan mudah melalui serangkaian uji kualitatif.

Aldehid (R-CHO) = -R Keton (R-CO-R') R' = -R R

Perbedaan Fundamental: Reaktivitas Oksidasi

Kunci utama dalam membedakan aldehid dan keton adalah kemampuan aldehid untuk dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan agen pengoksidasi ringan, sedangkan keton relatif resisten terhadap oksidasi di bawah kondisi yang sama. Hal ini disebabkan oleh keberadaan atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonil pada aldehid, yang mudah lepas saat terjadi reaksi oksidasi. Keton tidak memiliki hidrogen ini (kecuali pada karbon alfa, yang memerlukan kondisi oksidasi keras dan menghasilkan pemutusan rantai karbon).

Untuk mendemonstrasikan perbedaan ini di laboratorium, kita memanfaatkan beberapa pereaksi spesifik yang sensitif terhadap gugus aldehid.

Uji Kualitatif untuk Identifikasi Aldehid

Ada beberapa tes klasik yang sangat efektif untuk menguji keberadaan aldehid dan membedakannya dari keton. Hasil positif biasanya ditunjukkan dengan perubahan warna yang jelas atau pembentukan endapan.

1. Uji Tollens (Pereaksi Perak Amonia)

Uji Tollens adalah tes yang paling umum dan sangat spesifik untuk aldehid. Pereaksi ini mengandung ion perak kompleks ($\text{[Ag(NH}_3)_2]^+$) dalam larutan basa.

Hasil Positif: Pembentukan cermin perak pada dinding tabung.

2. Uji Fehling atau Uji Benedict

Kedua uji ini menggunakan ion tembaga(II) ($\text{Cu}^{2+}$) dalam suasana basa. Pereaksi Fehling mengandung $\text{Cu}^{2+}$ dalam tartrat, sementara Benedict mengandung $\text{Cu}^{2+}$ dalam sitrat.

Hasil Positif: Larutan berubah warna dari biru menjadi endapan merah bata.

3. Uji Agens Pengoksidasi Lemah (Contoh: Kalium Permanganat $\text{KMnO}_4$)

Meskipun $\text{KMnO}_4$ adalah oksidator kuat, perbedaannya masih bisa diamati jika konsentrasi dan kondisi dijaga.

Hasil Positif: Warna ungu dari $\text{KMnO}_4$ menghilang.

Mengapa Keton Lebih Stabil?

Stabilitas keton terhadap oksidasi ringan adalah fitur strukturalnya. Karbon karbonil pada keton dikelilingi oleh dua gugus alkil (atau aril). Untuk mengoksidasi keton, ikatan $\text{C-C}$ harus diputuskan terlebih dahulu, yang memerlukan energi aktivasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sekadar menghilangkan atom hidrogen seperti yang terjadi pada aldehid. Oleh karena itu, uji Tollens dan Fehling menjadi metode pembedaan yang andal dan cepat di laboratorium.

Secara ringkas, jika senyawa organik tersebut memberikan hasil positif (cermin perak atau endapan merah bata) pada Uji Tollens atau Uji Fehling, senyawa tersebut hampir pasti adalah aldehid. Jika tidak ada reaksi yang terjadi, senyawa tersebut kemungkinan besar adalah keton.

🏠 Homepage