Memahami 'Entre Nous' dalam Filsafat Levinas

Etika sebagai Filsafat Pertama

Emmanuel Levinas, seorang filsuf Yahudi Lituania-Prancis, menawarkan paradigma pemikiran yang radikal dalam etika. Berbeda dengan tradisi filsafat Barat yang sering menempatkan ontologi (studi tentang keberadaan) sebagai fondasi utama, Levinas mengklaim bahwa etika adalah filsafat pertama. Inti dari pemikirannya sering kali dirangkum dalam frase, meskipun tidak secara harfiah selalu diterjemahkan sebagai demikian, 'Entre Nous'—di antara kita. Frase ini menangkap esensi dari hubungan intersubjektif yang mendasari keberadaan manusia.

Bagi Levinas, keberadaan sejati tidak ditemukan dalam isolasi reflektif sang Subjek, melainkan terwujud sepenuhnya dalam pertemuan dengan Yang Lain (Autrui). Pertemuan ini bukanlah sekadar interaksi sosial biasa; ia adalah sebuah panggilan, sebuah perintah etis yang tak terhindarkan. Hubungan 'Entre Nous' ini bukan hanya tentang dialog, tetapi tentang tanggung jawab tak terbatas terhadap kehadiran Yang Lain.

SAYA YANG LAIN Tanggung Jawab ('Entre Nous')

Representasi visual hubungan antara 'Saya' dan 'Yang Lain'.

Wajah: Titik Temu Etis

Bagaimana hubungan 'Entre Nous' ini terwujud? Jawabannya terletak pada konsep 'Wajah' (Visage). Wajah Yang Lain adalah manifestasi konkret dari kerentanan dan ketelanjangan Yang Lain. Ketika Wajah itu hadir di hadapan saya, ia tidak menawarkan objek untuk dipahami atau diklasifikasikan (seperti dalam ontologi), melainkan mengajukan sebuah tuntutan.

Wajah adalah "perintah untuk tidak membunuh"—sebuah perintah etis primordial yang mendahului setiap pilihan sadar. Ini adalah interpelasi yang membuat Saya sadar akan tanggung jawab Saya sebelum Saya dapat bertindak. Dalam pandangan Levinas, identitas Saya tidak dibentuk oleh pencapaian internal, tetapi oleh beban tanggung jawab yang diletakkan di pundak Saya oleh kehadiran Yang Lain. 'Entre Nous' adalah ruang asimetris, di mana Saya selalu berutang kepada Yang Lain.

Asimetri Tanggung Jawab

Salah satu aspek yang paling menantang dari pemikiran Levinas adalah penekanannya pada asimetri. Tanggung jawab terhadap Yang Lain tidak sebanding; Saya bertanggung jawab atas Yang Lain tanpa mengharapkan timbal balik yang sama. Ini berbeda dengan kontrak sosial atau altruisme timbal balik. Tanggung jawab ini bersifat unilateral, bahkan melampaui kehendak Saya. Ini adalah pengakuan bahwa Saya "tergantikan" oleh Yang Lain dalam hal menerima penderitaan atau tuntutan.

Konsep 'Entre Nous' ini memaksa kita untuk keluar dari egoisme diri sendiri. Dunia menjadi kaya bukan ketika Saya berhasil menguasai objek atau konsep, tetapi ketika Saya mengakui kedaulatan dan kerapuhan subjek lain. Filsafat Levinas, melalui lensa hubungan 'di antara kita', menantang pemikiran modern yang terlalu terpusat pada individu otonom, dan sebaliknya, menyoroti bahwa kemanusiaan kita terjalin dalam jaringan tak terputuskan dari tuntutan etis terhadap sesama. Realitas paling dasar dari keberadaan kita adalah kesiapan untuk menjawab panggilan Wajah.

🏠 Homepage