1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan Kronis
Infeksi adalah salah satu pemicu paling sering dari dahak berdarah. Peradangan dan iritasi yang disebabkan oleh infeksi dapat merusak pembuluh darah kecil di saluran pernapasan, menyebabkan perdarahan.
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut adalah peradangan pada saluran bronkial, seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Batuk yang parah dan terus-menerus adalah gejala utamanya. Batuk yang intens dapat menyebabkan tekanan yang signifikan pada pembuluh darah kecil di dinding bronkus, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah tersebut. Darah yang keluar kemudian bercampur dengan dahak yang bening atau kekuningan. Dahak berdarah akibat bronkitis akut umumnya hanya berupa bercak darah atau garis-garis merah pada dahak, dan jarang menyebabkan perdarahan masif. Gejala lain yang menyertai bronkitis akut meliputi nyeri dada saat batuk, sesak napas ringan, demam ringan, dan kelelahan. Kondisi ini umumnya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi jika dahak berdarah terus berlanjut atau memburuk, evaluasi medis lebih lanjut diperlukan.
Mekanisme pendarahan pada bronkitis akut adalah kombinasi dari batuk yang kuat dan peradangan itu sendiri. Batuk yang sangat kuat meningkatkan tekanan intratoraks secara drastis, meregangkan dan terkadang merobek kapiler-kapiler rapuh di mukosa bronkial. Selain itu, proses inflamasi membuat mukosa menjadi lebih rentan dan mudah berdarah. Seringkali, pasien melaporkan merasakan "sesuatu yang robek" di dada mereka sesaat sebelum melihat darah. Meskipun biasanya ringan, dahak berdarah pada bronkitis dapat menimbulkan kekhawatiran dan memerlukan jaminan dari dokter bahwa itu bukan pertanda kondisi yang lebih serius.
b. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis adalah bentuk bronkitis yang berlangsung lama, didefinisikan sebagai batuk berdahak yang terjadi hampir setiap hari selama minimal tiga bulan dalam setahun, setidaknya selama dua tahun berturut-turut. Kondisi ini paling sering terkait dengan merokok jangka panjang dan paparan iritan lingkungan. Peradangan kronis pada saluran bronkial menyebabkan penebalan dinding saluran napas dan produksi lendir berlebihan. Pembuluh darah di area yang meradang ini menjadi rapuh dan lebih mudah berdarah, terutama saat batuk hebat. Mirip dengan bronkitis akut, dahak berdarah pada bronkitis kronis biasanya berupa bercak atau garis darah. Namun, karena sifatnya yang kronis dan kerusakan struktural yang mungkin terjadi pada saluran napas, ada risiko yang sedikit lebih tinggi untuk perdarahan berulang. Penting bagi penderita bronkitis kronis untuk berhenti merokok dan mengelola kondisi mereka untuk mencegah perburukan dan komplikasi.
Pada bronkitis kronis, kerusakan berkelanjutan pada epitel bronkial dan pembuluh darah submukosa menyebabkan proliferasi pembuluh darah kecil (angiogenesis) yang abnormal dan rapuh. Batuk yang sering dan kuat, yang merupakan ciri khas bronkitis kronis, menyebabkan stres mekanis berulang pada pembuluh darah ini, memicu perdarahan. Dahak yang dihasilkan seringkali kental dan purulen, sehingga darah yang tercampur di dalamnya mungkin terlihat lebih gelap atau berubah warna. Pengelolaan bronkitis kronis, termasuk berhenti merokok dan terapi bronkodilator, sangat penting untuk mengurangi gejala dan risiko komplikasi, termasuk hemoptisis.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada kantung udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Peradangan yang parah dapat merusak dinding alveoli dan pembuluh darah kecil di sekitarnya, yang menyebabkan kebocoran darah ke dalam kantung udara. Darah ini kemudian dikeluarkan bersama dahak saat batuk. Dahak berdarah pada pneumonia dapat bervariasi dari bercak darah hingga dahak yang berwarna karat atau merah muda, menunjukkan adanya darah yang bercampur dengan lendir yang terinfeksi. Gejala lain dari pneumonia meliputi demam tinggi, menggigil, sesak napas, nyeri dada saat bernapas atau batuk, dan kelelahan. Pneumonia memerlukan diagnosis dan pengobatan medis yang cepat, biasanya dengan antibiotik untuk infeksi bakteri.
Patofisiologi dahak berdarah pada pneumonia melibatkan respons inflamasi yang kuat di parenkim paru. Bakteri atau virus menyebabkan kerusakan langsung pada sel-sel epitel dan endotel pembuluh darah. Sitokin pro-inflamasi dilepaskan, meningkatkan permeabilitas vaskular dan menyebabkan kebocoran sel darah merah ke dalam alveoli. Konsolidasi paru, yaitu pengisian alveoli dengan cairan inflamasi, sel darah merah, dan sel imun, adalah ciri khas pneumonia. Ketika pasien batuk untuk membersihkan saluran napas, campuran lendir, sel-sel inflamasi, dan darah dikeluarkan sebagai dahak berdarah. Warna dahak dapat menjadi petunjuk, di mana dahak berwarna karat sering dikaitkan dengan pneumonia pneumokokus.
d. Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri serius yang terutama menyerang paru-paru, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB adalah salah satu penyebab dahak berdarah yang paling signifikan secara global, terutama di negara berkembang. Bakteri TB menyebabkan kerusakan jaringan paru yang parah, membentuk rongga (kavitasi) dan lesi. Proses peradangan kronis dan kerusakan jaringan ini dapat mengikis pembuluh darah di paru-paru, menyebabkan perdarahan. Dahak berdarah pada TB bisa berupa bercak darah hingga perdarahan yang lebih banyak, yang dikenal sebagai hemoptisis masif, yang merupakan keadaan darurat medis. Gejala lain TB meliputi batuk kronis (lebih dari 2-3 minggu), demam ringan di sore hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak disengaja, dan kelelahan. TB memerlukan pengobatan antibiotik jangka panjang yang ketat.
Pada TB paru, dahak berdarah seringkali merupakan akibat dari kerusakan jaringan yang luas. Bakteri membentuk granuloma dan kavitasi di paru-paru. Kavitasi ini seringkali memiliki dinding yang tipis dan rapuh yang mengandung pembuluh darah yang rentan. Pembuluh darah yang paling sering terlibat adalah arteri bronkial, yang dapat mengalami hipertrofi sebagai respons terhadap peradangan kronis, membuatnya lebih rentan pecah. Hemoptisis pada TB bisa bersifat intermiten dan bervariasi dalam volume, dari streaky hingga masif. Tanda-tanda lain seperti batuk kronis yang tidak sembuh-sembuh, penurunan berat badan drastis, dan keringat malam harus selalu menimbulkan kecurigaan TB, terutama di daerah endemik.
e. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah kondisi kronis di mana saluran bronkial menjadi rusak permanen, melebar, dan menebal. Kerusakan ini mengganggu kemampuan saluran napas untuk membersihkan lendir, yang menyebabkan penumpukan lendir, infeksi berulang, dan peradangan kronis. Dinding bronkus yang rusak memiliki pembuluh darah yang rapuh dan mudah berdarah, terutama saat terjadi infeksi atau batuk hebat. Dahak berdarah adalah gejala umum bronkiektasis dan dapat bervariasi dari bercak hingga jumlah yang signifikan. Kondisi ini seringkali merupakan komplikasi dari infeksi paru yang parah (misalnya TB yang sudah sembuh), fibrosis kistik, atau kelainan genetik lainnya. Penanganan berfokus pada membersihkan lendir, mencegah infeksi, dan mengendalikan perdarahan.
Dalam bronkiektasis, pembuluh darah di mukosa bronkial yang rusak menjadi rentan dan mudah pecah. Batuk kronis yang sering terjadi pada pasien bronkiektasis memberikan tekanan berulang pada pembuluh darah yang melebar dan rapuh ini. Peradangan kronis yang terus-menerus di saluran udara yang melebar juga berkontribusi pada kerapuhan vaskular. Selain itu, infeksi bakteri berulang di kantung bronkial yang melebar dapat menyebabkan erosi dinding pembuluh darah. Dahak berdarah pada bronkiektasis seringkali dikaitkan dengan eksaserbasi infeksi. Volume darah bisa bervariasi dari sedikit hingga hemoptisis masif yang mengancam jiwa, terutama jika melibatkan arteri bronkial yang berdilatasi.
f. Abses Paru
Abses paru adalah kantong berisi nanah yang terbentuk di dalam jaringan paru-paru akibat infeksi bakteri. Kondisi ini seringkali merupakan komplikasi dari pneumonia atau aspirasi (masuknya benda asing atau cairan dari mulut atau perut ke paru-paru). Saat abses tumbuh, ia dapat mengikis jaringan paru-paru di sekitarnya, termasuk pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan batuk darah yang signifikan. Dahak dari abses paru seringkali berbau busuk dan dapat bercampur dengan darah. Gejala lain termasuk demam, menggigil, keringat malam, penurunan berat badan, dan nyeri dada. Abses paru memerlukan pengobatan antibiotik intensif dan kadang-kadang drainase.
Mekanisme perdarahan pada abses paru adalah melalui nekrosis (kematian jaringan) dan erosi. Ketika infeksi bakteri membentuk abses, enzim proteolitik yang dilepaskan oleh bakteri dan sel-sel imun host mulai mencerna jaringan paru. Pembuluh darah yang melintasi atau berdekatan dengan abses dapat terkikis, menyebabkan perdarahan langsung ke dalam rongga abses. Batuk yang kuat kemudian akan mengeluarkan campuran nanah, dahak, dan darah. Karena sifat destruktif abses, potensi hemoptisis yang lebih parah atau berulang cukup tinggi. Penanganan yang agresif dengan antibiotik sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.