Penyebab Mata Merah dan Berair: Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan Mata Anda
Mata merah dan berair adalah keluhan umum yang sering dialami banyak orang. Meskipun seringkali bukan kondisi yang serius dan dapat sembuh dengan sendirinya, gejala ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang lebih mendasar, mulai dari iritasi ringan hingga infeksi serius atau kondisi medis lainnya yang memerlukan perhatian profesional. Pemahaman yang mendalam mengenai berbagai penyebab, gejala penyerta, serta cara penanganan yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan mata dan kualitas hidup.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai aspek terkait mata merah dan berair, mulai dari penyebab umum hingga yang lebih jarang namun serius, gejala yang menyertai, langkah-langkah pencegahan, serta kapan Anda harus mencari pertolongan medis. Dengan informasi ini, diharapkan Anda dapat lebih bijak dalam mengenali dan mengatasi masalah mata yang Anda alami.
Ilustrasi mata yang menunjukkan gejala merah dan berair, kondisi umum yang dibahas dalam artikel ini.
1. Apa Itu Mata Merah dan Berair?
Mata merah (ocular hyperemia) terjadi ketika pembuluh darah kecil di permukaan mata, yang disebut konjungtiva, membesar dan menjadi lebih terlihat. Ini membuat bagian putih mata (sklera) tampak merah atau meradang. Pembuluh darah ini bisa melebar sebagai respons terhadap berbagai rangsangan, seperti iritasi, infeksi, alergi, atau cedera.
Sementara itu, mata berair (epifora) adalah kondisi di mana mata memproduksi air mata secara berlebihan, atau ketika saluran drainase air mata (sistem lakrimal) tidak berfungsi dengan baik, sehingga air mata menumpuk dan tumpah keluar dari mata. Air mata adalah cairan alami yang penting untuk menjaga kelembaban mata, membersihkan kotoran, dan melindungi mata dari infeksi. Namun, produksi berlebihan atau drainase yang terganggu dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Kedua gejala ini seringkali muncul bersamaan karena berbagai kondisi yang menyebabkan satu gejala juga dapat memicu yang lain. Misalnya, iritasi pada mata tidak hanya membuat pembuluh darah membesar (merah) tetapi juga merangsang produksi air mata sebagai upaya alami tubuh untuk membilas iritan tersebut.
1.1. Mengapa Mata Menjadi Merah?
Mata menjadi merah karena pelebaran pembuluh darah di konjungtiva, yaitu selaput tipis dan transparan yang melapisi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Pembuluh darah ini biasanya sangat kecil sehingga tidak terlihat jelas, tetapi ketika meradang atau teriritasi, mereka membesar dan menjadi lebih menonjol, memberikan warna merah pada mata. Respons ini adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman atau kerusakan.
1.2. Mengapa Mata Menjadi Berair?
Mata menjadi berair karena dua alasan utama:
Overproduksi Air Mata: Ketika mata mengalami iritasi (misalnya karena debu, asap, alergen, atau benda asing), atau infeksi, kelenjar lakrimal (penghasil air mata) akan memproduksi air mata lebih banyak dari biasanya. Ini adalah upaya alami tubuh untuk membersihkan dan melindungi mata.
Gangguan Drainase Air Mata: Sistem drainase air mata terdiri dari puncta (lubang kecil di sudut kelopak mata), kanalikuli, kantung air mata, dan saluran nasolakrimalis yang mengalirkan air mata ke hidung. Jika salah satu bagian dari sistem ini tersumbat atau menyempit, air mata tidak dapat mengalir dengan baik dan akan menumpuk di permukaan mata, kemudian tumpah keluar.
2. Penyebab Umum Mata Merah dan Berair
Ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan mata menjadi merah dan berair. Sebagian besar tidak berbahaya, tetapi beberapa memerlukan perhatian medis.
2.1. Alergi Mata (Konjungtivitis Alergi)
Alergi mata adalah salah satu penyebab paling umum dari mata merah dan berair. Ini terjadi ketika mata bereaksi terhadap alergen (zat pemicu alergi) di lingkungan. Sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya, memicu pelepasan histamin dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan peradangan.
2.1.1. Jenis Alergen yang Umum
Serbuk Sari (Pollen): Dari pohon, rumput, atau gulma, seringkali musiman.
Debu Rumah: Tungau debu kecil yang hidup di kasur, karpet, dan furnitur.
Bulu Hewan Peliharaan: Sel-sel kulit mati, air liur, dan urin dari hewan berbulu.
Spora Jamur: Dapat ditemukan di dalam maupun di luar ruangan.
Kosmetik atau Produk Perawatan Kulit: Beberapa orang alergi terhadap bahan kimia tertentu dalam produk ini.
Lensa Kontak: Reaksi terhadap material lensa atau larutan pembersihnya.
2.1.2. Gejala Konjungtivitis Alergi
Selain mata merah dan berair, gejala khas alergi mata meliputi:
Gatal yang intens pada mata.
Pembengkakan kelopak mata.
Sensasi terbakar atau perih.
Sekresi air mata yang bening dan encer.
Seringkali disertai dengan gejala alergi lain seperti bersin, hidung meler, atau gatal di tenggorokan.
2.1.3. Penanganan dan Pencegahan
Penanganan alergi mata berfokus pada menghindari alergen dan meredakan gejala. Ini bisa meliputi:
Menghindari Alergen: Cara terbaik untuk mencegah alergi adalah menghindari pemicunya. Gunakan filter udara, sering membersihkan rumah, mandi setelah pulang dari luar ruangan, dan hindari menggosok mata.
Obat Tetes Mata Antihistamin atau Dekongestan: Obat tetes mata yang dijual bebas dapat membantu meredakan gatal dan kemerahan.
Obat Tetes Mata Stabilizer Sel Mast: Digunakan untuk mencegah pelepasan histamin, efektif bila digunakan secara rutin sebelum paparan alergen.
Obat Tetes Mata Anti-inflamasi Non-steroid (NSAID) atau Kortikosteroid: Diresepkan untuk kasus alergi yang lebih parah.
Kompres Dingin: Meringankan gatal dan pembengkakan.
Penting untuk diingat bahwa menggosok mata saat alergi justru dapat memperburuk kondisi karena melepaskan lebih banyak histamin.
2.2. Konjungtivitis (Mata Merah Muda)
Konjungtivitis, atau mata merah muda, adalah peradangan pada konjungtiva. Ini adalah penyebab yang sangat umum dan menular, terutama di kalangan anak-anak. Konjungtivitis bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau reaksi alergi.
2.2.1. Konjungtivitis Viral
Ini adalah jenis konjungtivitis yang paling umum, seringkali disebabkan oleh virus yang sama dengan yang menyebabkan flu biasa (adenovirus). Sangat menular dan menyebar melalui kontak langsung.
Gejala: Mata merah, berair (cairan bening dan encer), sensasi gatal atau terbakar, kelopak mata bengkak, dan mungkin ada rasa tidak nyaman seperti ada pasir di mata. Seringkali dimulai di satu mata dan menyebar ke mata yang lain.
Penanganan: Tidak ada pengobatan spesifik untuk konjungtivitis viral. Biasanya sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Pengobatan berfokus pada meredakan gejala dengan kompres dingin, air mata buatan, dan menjaga kebersihan mata. Hindari berbagi handuk dan bantal untuk mencegah penyebaran.
2.2.2. Konjungtivitis Bakteri
Disebabkan oleh bakteri seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, atau Haemophilus influenzae. Juga sangat menular.
Gejala: Mata merah, mengeluarkan kotoran mata yang kental, berwarna kuning kehijauan yang dapat menyebabkan kelopak mata menempel saat bangun tidur. Mata mungkin terasa nyeri atau perih.
Penanganan: Diatasi dengan tetes mata antibiotik atau salep yang diresepkan oleh dokter. Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik meskipun gejala sudah membaik untuk mencegah kekambuhan.
2.2.3. Konjungtivitis Alergi
Seperti yang dijelaskan di bagian 2.1, ini adalah respons terhadap alergen.
2.2.4. Konjungtivitis Iritan/Kimiawi
Terjadi ketika mata terpapar zat iritan seperti asap, klorin di kolam renang, polusi udara, atau bahan kimia rumah tangga. Reaksi ini biasanya tidak menular.
Gejala: Mata merah, berair, perih, dan mungkin sedikit bengkak.
Penanganan: Pembilasan mata dengan air bersih atau larutan garam steril adalah langkah pertama yang penting. Hindari pemicu iritasi. Gejala biasanya membaik setelah iritan dihilangkan.
Penting untuk selalu mencuci tangan dengan bersih setelah menyentuh mata yang terinfeksi dan sebelum menyentuh mata yang sehat, serta menghindari penggunaan bersama barang pribadi untuk mencegah penyebaran.
2.3. Mata Kering (Dry Eye Syndrome)
Mata kering adalah kondisi umum yang terjadi ketika mata tidak menghasilkan cukup air mata, atau ketika air mata yang dihasilkan tidak memiliki kualitas yang tepat untuk menjaga permukaan mata tetap lembab. Kondisi ini dapat menyebabkan mata menjadi merah dan berair secara paradoks.
2.3.1. Penyebab Mata Kering
Penuaan: Produksi air mata cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
Penggunaan Gadget Digital Berlebihan: Mengedip lebih jarang saat fokus pada layar komputer atau ponsel dapat menyebabkan penguapan air mata lebih cepat.
Lingkungan: Udara kering, berangin, berasap, atau AC dapat mempercepat penguapan air mata.
Obat-obatan: Antihistamin, dekongestan, antidepresan, pil KB, dan obat tekanan darah tinggi dapat mengurangi produksi air mata.
Kondisi Medis: Penyakit autoimun seperti Sindrom Sjögren, artritis reumatoid, lupus, atau gangguan tiroid dapat menyebabkan mata kering.
Operasi Mata: Prosedur seperti LASIK dapat mengganggu produksi air mata sementara.
Blefaritis: Peradangan kelopak mata yang mengganggu kelenjar meibom, yang memproduksi lapisan minyak pada air mata.
2.3.2. Gejala Mata Kering
Selain mata merah dan berair (karena iritasi memicu produksi air mata refleksif), gejala lain meliputi:
Sensasi seperti ada pasir atau benda asing di mata.
Perih atau rasa terbakar.
Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia).
Penglihatan kabur, terutama saat membaca atau menggunakan komputer.
Kesulitan memakai lensa kontak.
Mata lelah.
Fenomena mata berair pada kondisi mata kering seringkali membingungkan. Ini terjadi karena ketika mata sangat kering, iritasi yang timbul memicu sistem saraf untuk mengirim sinyal darurat agar kelenjar lakrimal memproduksi air mata dalam jumlah besar secara cepat, sebagai respons refleks. Namun, air mata refleks ini seringkali tidak memiliki komposisi yang seimbang (kurangnya komponen minyak dan mukus), sehingga tidak efektif dalam melumasi dan melindungi mata dalam jangka panjang, dan justru cepat menguap, meninggalkan mata kering lagi.
2.3.3. Penanganan Mata Kering
Tetes Mata Pelumas (Air Mata Buatan): Menggantikan air mata alami dan membantu menjaga mata tetap lembab.
Obat Tetes Mata Resep: Cyclosporine (Restasis, Cequa) atau lifitegrast (Xiidra) untuk mengurangi peradangan dan meningkatkan produksi air mata.
Penyumbat Saluran Air Mata (Punctal Plugs): Sumbat kecil yang dimasukkan ke saluran air mata untuk mencegah air mata mengalir terlalu cepat.
Perubahan Gaya Hidup: Sering beristirahat saat menggunakan layar, menggunakan pelembap udara, menghindari paparan langsung angin atau AC, dan minum cukup air.
Kompres Hangat: Membantu melepaskan sumbatan pada kelenjar meibom jika ada blefaritis.
Mata yang terlalu lama menatap layar komputer, sebuah pemicu umum mata kering dan lelah.
2.4. Iritasi Lingkungan dan Benda Asing
Paparan terhadap iritan lingkungan atau masuknya benda asing ke mata dapat dengan cepat menyebabkan mata merah dan berair sebagai respons perlindungan.
2.4.1. Iritasi Lingkungan
Asap: Dari rokok, kebakaran, atau knalpot kendaraan.
Polusi Udara: Partikel-partikel kecil dan bahan kimia di udara.
Angin: Dapat mengeringkan mata dan membawa partikel kecil.
Klorin: Di kolam renang.
Semprotan Aerosol: Seperti hairspray, parfum, atau semprotan pembersih.
Mata akan bereaksi dengan memerah dan mengeluarkan air mata untuk mencoba membilas zat iritan tersebut.
2.4.2. Benda Asing
Debu atau Pasir: Partikel kecil yang terbawa angin.
Bulu Mata: Seringkali menyebabkan iritasi meskipun kecil.
Serpihan Kecil: Kayu, logam, atau kaca, yang bisa sangat berbahaya.
Lensa Kontak yang Bermasalah: Lensa yang kotor, rusak, kering, atau tidak pas.
Jika ada benda asing, mata akan terasa gatal, perih, dan berair hebat. Penting untuk tidak menggosok mata karena dapat menyebabkan benda asing menggores kornea.
2.4.3. Penanganan
Bilas Mata: Dengan air bersih mengalir atau larutan garam steril (saline).
JANGAN Menggosok Mata: Terutama jika dicurigai ada benda asing yang tajam.
Kunjungi Dokter: Jika iritasi berlanjut, nyeri hebat, atau benda asing tidak dapat dikeluarkan.
2.5. Blefaritis (Peradangan Kelopak Mata)
Blefaritis adalah peradangan pada kelopak mata, biasanya di sekitar pangkal bulu mata. Ini bisa menyebabkan mata merah dan berair, serta gejala lain yang mengganggu.
2.5.1. Jenis dan Penyebab
Blefaritis Anterior: Mempengaruhi bagian luar depan kelopak mata tempat bulu mata tumbuh. Sering disebabkan oleh bakteri (Staphylococcus) atau tungau (Demodex).
Blefaritis Posterior: Mempengaruhi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan mata. Ini terjadi ketika kelenjar minyak (meibom) di kelopak mata tersumbat atau tidak berfungsi dengan baik. Sering dikaitkan dengan rosacea atau ketombe di kulit kepala.
2.5.2. Gejala Blefaritis
Kelopak mata merah dan bengkak.
Gatal dan iritasi pada mata dan kelopak mata.
Sensasi terbakar atau perih.
Mata berair atau kering (paradoks).
Kotoran mata yang lengket, terutama saat bangun tidur.
Bulu mata berkerak atau rontok.
Sensitivitas terhadap cahaya.
2.5.3. Penanganan
Penanganan blefaritis bersifat jangka panjang dan memerlukan kebersihan kelopak mata yang rutin.
Kompres Hangat: Letakkan handuk hangat dan lembab di kelopak mata tertutup selama 5-10 menit untuk melonggarkan kerak dan membuka sumbatan kelenjar minyak.
Pembersihan Kelopak Mata: Gunakan kapas atau kain bersih yang dibasahi larutan air hangat dengan sedikit sampo bayi atau pembersih kelopak mata khusus untuk membersihkan pangkal bulu mata.
Obat Tetes/Salep Antibiotik: Diresepkan oleh dokter jika ada infeksi bakteri.
Obat Tetes Mata Anti-inflamasi: Untuk mengurangi peradangan.
Air Mata Buatan: Untuk meredakan gejala mata kering yang sering menyertai blefaritis.
Suplemen Omega-3: Dapat membantu meningkatkan kualitas minyak kelenjar meibom.
2.6. Saluran Air Mata Tersumbat
Ketika saluran air mata tersumbat, air mata tidak dapat mengalir dari mata ke hidung sebagaimana mestinya, menyebabkan penumpukan air mata di permukaan mata dan akhirnya tumpah keluar.
2.6.1. Penyebab
Pada Bayi (Dacryostenosis Kongenital): Sering terjadi pada bayi baru lahir karena saluran air mata belum sepenuhnya terbuka. Biasanya sembuh sendiri dalam tahun pertama kehidupan.
Pada Dewasa:
Stenosis (Penyempitan): Saluran dapat menyempit karena usia, peradangan, atau trauma.
Infeksi: Infeksi berulang dapat menyebabkan jaringan parut dan penyumbatan.
Cedera atau Trauma: Trauma pada wajah dapat merusak saluran air mata.
Tumor: Meskipun jarang, tumor dapat menekan saluran air mata.
Obat-obatan: Beberapa obat tetes mata dapat menyebabkan penyempitan.
2.6.2. Gejala
Mata berair terus-menerus, bahkan saat tidak ada iritasi.
Mata merah, terutama di sudut mata dekat hidung.
Infeksi berulang pada mata (konjungtivitis) atau kantung air mata (dacryocystitis), yang ditandai dengan pembengkakan dan nyeri di bawah sudut mata bagian dalam, serta keluarnya nanah.
Penglihatan kabur.
2.6.3. Penanganan
Pada Bayi: Pijatan khusus pada sudut mata dekat hidung sering direkomendasikan untuk membantu membuka saluran.
Pada Dewasa:
Tetes Mata Antibiotik: Jika ada infeksi.
Dilatasi dan Irigasi: Dokter dapat melebarkan saluran yang menyempit.
Pemasangan Stent: Tabung kecil dapat dimasukkan untuk menjaga saluran tetap terbuka.
Dacryocystorhinostomy (DCR): Prosedur bedah untuk membuat saluran drainase baru antara kantung air mata dan rongga hidung.
2.7. Penggunaan Lensa Kontak yang Tidak Tepat
Lensa kontak, jika tidak digunakan atau dirawat dengan benar, dapat menjadi penyebab signifikan mata merah dan berair, serta berpotensi menyebabkan infeksi serius.
2.7.1. Masalah Umum Terkait Lensa Kontak
Memakai Lensa Terlalu Lama: Mengurangi pasokan oksigen ke kornea, menyebabkan iritasi dan peradangan.
Tidur dengan Lensa Kontak: Meningkatkan risiko infeksi secara drastis, karena lensa dapat memerangkap bakteri dan mengurangi oksigen.
Kebersihan yang Buruk: Tidak mencuci tangan sebelum menyentuh lensa, menggunakan air keran, atau tidak membersihkan lensa dan wadahnya dengan benar.
Lensa yang Kotor atau Rusak: Dapat mengiritasi mata atau membawa bakteri.
Reaksi terhadap Larutan Lensa Kontak: Beberapa orang mungkin sensitif atau alergi terhadap bahan kimia dalam larutan pembersih.
Lensa yang Tidak Pas: Ukuran atau kelengkungan lensa yang tidak sesuai dapat menyebabkan gesekan dan iritasi.
2.7.2. Gejala
Mata merah dan berair.
Rasa sakit atau perih di mata.
Sensasi benda asing.
Penglihatan kabur atau buram.
Sensitivitas terhadap cahaya.
Keluarnya cairan dari mata (jika ada infeksi).
2.7.3. Penanganan dan Pencegahan
Lepaskan Lensa Kontak Segera: Jika Anda mengalami gejala.
Kunjungi Dokter Mata: Untuk diagnosis dan penanganan yang tepat, terutama jika ada rasa sakit atau penglihatan terganggu.
Patuhi Aturan Kebersihan: Cuci tangan sebelum menyentuh lensa, gunakan larutan yang direkomendasikan dokter, ganti wadah lensa secara teratur, dan jangan pernah menggunakan air keran.
Jangan Tidur dengan Lensa: Kecuali lensa kontak Anda memang dirancang khusus untuk tidur semalam penuh dan direkomendasikan oleh dokter mata.
Ganti Lensa Sesuai Jadwal: Jangan memperpanjang masa pakai lensa.
3. Penyebab Kurang Umum Namun Lebih Serius
Meskipun sebagian besar penyebab mata merah dan berair bersifat ringan, ada beberapa kondisi yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis segera untuk mencegah kerusakan mata permanen atau kehilangan penglihatan.
3.1. Ulkus Kornea (Luka Terbuka pada Kornea)
Ulkus kornea adalah luka terbuka yang terbentuk pada kornea, lapisan terluar yang transparan di depan iris dan pupil. Ini adalah kondisi medis darurat karena dapat menyebabkan kerusakan penglihatan permanen.
3.1.1. Penyebab
Infeksi: Bakteri, virus (terutama virus herpes simpleks), jamur, atau parasit (Acanthamoeba, sering terkait dengan penggunaan lensa kontak yang tidak bersih).
Cedera Mata: Goresan, luka bakar kimia, atau benda asing yang tidak ditangani dengan baik.
Mata Kering Parah: Dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan kornea.
Penggunaan Lensa Kontak yang Tidak Benar: Risiko tinggi untuk infeksi yang dapat menyebabkan ulkus.
3.1.2. Gejala
Gejala ulkus kornea biasanya lebih parah dan meliputi:
Nyeri mata yang hebat dan konstan.
Mata merah yang intens.
Penglihatan kabur atau menurun secara signifikan.
Sensitivitas ekstrim terhadap cahaya (fotofobia).
Mata berair berlebihan.
Kotoran mata (nanah).
Munculnya bercak putih atau abu-abu pada kornea yang dapat terlihat dengan jelas.
3.1.3. Penanganan
Penanganan ulkus kornea memerlukan intervensi medis segera. Dokter mata akan meresepkan tetes mata antibiotik, antivirus, atau antijamur yang kuat. Dalam kasus parah, mungkin diperlukan operasi atau transplantasi kornea.
3.2. Glaukom Akut Sudut Tertutup
Glaukom akut sudut tertutup (atau glaukoma sudut tertutup primer akut) adalah kondisi darurat mata yang terjadi ketika tekanan di dalam mata (tekanan intraokular) tiba-tiba meningkat secara drastis. Ini terjadi karena saluran drainase cairan mata (sudut iridocorneal) tersumbat secara tiba-tiba.
3.2.1. Gejala
Gejala muncul dengan sangat cepat dan meliputi:
Nyeri mata yang sangat hebat dan tiba-tiba, seringkali disertai nyeri kepala.
Mata merah yang parah.
Penglihatan kabur mendadak, penglihatan seperti terowongan, atau melihat lingkaran cahaya (halo) di sekitar lampu.
Mual dan muntah.
Pupil melebar atau tidak bereaksi terhadap cahaya.
3.2.2. Penanganan
Glaukom akut adalah kondisi yang mengancam penglihatan dan memerlukan penanganan medis darurat untuk menurunkan tekanan intraokular secepat mungkin. Ini dapat melibatkan tetes mata penurun tekanan, obat oral, atau prosedur laser (iridotomi) untuk membuat lubang kecil di iris dan membuka kembali saluran drainase.
3.3. Uveitis (Peradangan Uvea)
Uvea adalah lapisan tengah dinding mata yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan koroid. Peradangan pada uvea disebut uveitis dan bisa mempengaruhi satu atau kedua mata.
3.3.1. Penyebab
Penyakit autoimun (misalnya, artritis reumatoid, lupus, ankylosing spondylitis).
Kadang-kadang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).
3.3.2. Gejala
Gejala uveitis dapat bervariasi tergantung bagian uvea yang terkena, tetapi umum meliputi:
Mata merah, terutama di sekitar iris.
Nyeri mata.
Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia).
Penglihatan kabur.
Melihat bintik-bintik mengambang (floaters).
Mata berair.
3.3.3. Penanganan
Penanganan uveitis biasanya melibatkan tetes mata kortikosteroid untuk mengurangi peradangan. Dalam kasus yang parah, obat kortikosteroid oral atau injeksi mungkin diperlukan. Tetes mata untuk melebarkan pupil juga dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi.
3.4. Skleritis dan Episkleritis
Sklera adalah bagian putih mata yang kuat. Peradangan pada sklera disebut skleritis, sedangkan peradangan pada lapisan tipis di atas sklera disebut episkleritis.
3.4.1. Episkleritis
Gejala: Mata merah yang terlokalisasi, seringkali tanpa rasa sakit atau nyeri ringan, terkadang sedikit berair. Seringkali sembuh sendiri.
Penyebab: Seringkali tidak diketahui, tetapi bisa terkait dengan alergi atau penyakit radang tertentu.
Penanganan: Umumnya tidak memerlukan pengobatan, atau tetes mata pelumas, kadang-kadang tetes mata anti-inflamasi ringan.
3.4.2. Skleritis
Gejala: Nyeri mata yang sangat hebat, dalam, dan seringkali menyebar ke area sekitar mata atau kepala. Mata merah keunguan yang terlokalisasi atau menyebar, sensitivitas cahaya, penglihatan menurun, mata berair. Kondisi ini bisa mengancam penglihatan.
Penyebab: Seringkali terkait dengan penyakit autoimun sistemik seperti artritis reumatoid, lupus, atau granulomatosis dengan polyangiitis.
Penanganan: Memerlukan pengobatan sistemik dengan kortikosteroid oral atau imunosupresan untuk mengendalikan peradangan yang mendasarinya.
3.5. Cedera Mata (Trauma)
Cedera pada mata, baik dari benturan fisik, tusukan, atau paparan bahan kimia, dapat menyebabkan mata merah dan berair yang serius.
3.5.1. Jenis Cedera
Abrasi Kornea: Goresan pada permukaan kornea, seringkali disebabkan oleh benda asing atau gesekan lensa kontak.
Benda Asing yang Menancap: Partikel tajam yang menembus mata.
Trauma Tumpul: Pukulan pada mata (misalnya, dari bola atau tinju) yang dapat menyebabkan perdarahan internal (hifema), robekan retina, atau fraktur tulang orbita.
Luka Bakar Kimia: Paparan mata terhadap asam atau basa kuat.
3.5.2. Gejala
Mata merah intens.
Nyeri hebat.
Penglihatan kabur atau menurun.
Mata berair sangat banyak.
Sensitivitas cahaya.
Pembengkakan kelopak mata.
Keluarnya darah atau cairan lain.
3.5.3. Penanganan
Semua cedera mata harus dievaluasi oleh dokter mata secepatnya. Untuk luka bakar kimia, bilas mata dengan air bersih selama minimal 15-20 menit sebelum mencari pertolongan medis. Jangan mencoba mengeluarkan benda asing yang menancap sendiri.
Mata yang teriritasi oleh partikel asing, menyebabkan kemerahan dan produksi air mata berlebihan.
3.6. Herpes Mata (Keratitis Herpes Simplex)
Infeksi herpes pada mata disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV), virus yang sama yang menyebabkan sariawan atau herpes genital. Ini adalah penyebab utama kebutaan kornea di negara maju.
3.6.1. Gejala
Mata merah dan nyeri.
Penglihatan kabur.
Sensitivitas cahaya.
Mata berair.
Munculnya ruam atau lesi pada kelopak mata atau kulit sekitar mata.
3.6.2. Penanganan
Pengobatan melibatkan obat antivirus oral atau tetes mata. Penting untuk tidak menggunakan tetes mata steroid tanpa pengawasan dokter karena dapat memperburuk infeksi herpes.
4. Kapan Harus Segera Mencari Bantuan Medis?
Meskipun banyak kasus mata merah dan berair dapat diatasi di rumah atau dengan obat bebas, beberapa gejala mengindikasikan adanya masalah yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis segera. Jangan menunda untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami salah satu dari gejala berikut:
Nyeri Mata yang Hebat atau Tiba-tiba: Nyeri yang tidak hilang atau memburuk dengan cepat.
Perubahan Penglihatan: Penglihatan kabur, menurunnya ketajaman penglihatan, melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu, penglihatan ganda, atau kehilangan sebagian bidang pandang.
Sensitivitas Ekstrim terhadap Cahaya (Fotofobia): Rasa sakit yang parah saat terpapar cahaya.
Pupil Tidak Normal: Perbedaan ukuran pupil antara kedua mata, atau pupil yang tidak bereaksi terhadap cahaya.
Mual atau Muntah: Terutama jika disertai dengan nyeri mata atau kepala.
Mata Sangat Merah dan Terus-menerus: Kemerahan yang tidak membaik dalam 24-48 jam atau memburuk.
Keluarnya Cairan Kental atau Nanah: Terutama jika berwarna kuning atau kehijauan.
Bengkak Parah pada Kelopak Mata atau Sekitar Mata: Terutama jika unilateral (hanya satu mata).
Sensasi Adanya Benda Asing yang Menancap: Terutama jika dicurigai benda tajam atau kimia.
Demam atau Gejala Sistemik Lainnya: Seperti sakit kepala berat, nyeri sendi, atau ruam kulit, yang menyertai masalah mata.
Riwayat Cedera Mata atau Paparan Kimia: Perlu evaluasi segera.
Penggunaan Lensa Kontak yang Bermasalah: Jika Anda menggunakan lensa kontak dan mengalami nyeri, kemerahan, atau penglihatan kabur, segera lepas lensa dan konsultasikan dengan dokter.
Jika Anda tidak yakin tentang penyebab mata merah dan berair Anda, selalu lebih baik untuk berkonsultasi dengan dokter mata atau profesional kesehatan. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi serius dan menjaga kesehatan mata Anda.
5. Pencegahan dan Perawatan Rumahan
Banyak kasus mata merah dan berair dapat dicegah atau diringankan dengan praktik kebersihan yang baik, perubahan gaya hidup, dan perawatan rumahan sederhana.
5.1. Higienitas Mata yang Baik
Cuci Tangan Secara Teratur: Terutama sebelum menyentuh mata atau memasang/melepas lensa kontak.
Hindari Menggosok Mata: Ini dapat memperburuk iritasi, menyebarkan infeksi, atau menyebabkan cedera.
Bersihkan Riasan Mata dengan Benar: Hapus riasan mata setiap malam dan ganti produk riasan mata secara teratur (misalnya, maskara setiap 3 bulan).
Ikuti Aturan Penggunaan Lensa Kontak: Selalu cuci tangan, gunakan larutan yang tepat, ganti lensa sesuai jadwal, dan jangan tidur dengan lensa (kecuali direkomendasikan dokter).
5.2. Batasi Paparan Pemicu
Hindari Alergen: Jika Anda alergi, batasi paparan terhadap pemicu seperti serbuk sari, debu, dan bulu hewan. Gunakan kacamata hitam saat di luar ruangan.
Hindari Iritan Lingkungan: Jauhkan mata dari asap rokok, polusi udara, dan bahan kimia yang mudah menguap.
Gunakan Kacamata Pelindung: Saat melakukan aktivitas yang berisiko (misalnya, berkebun, pertukangan, olahraga).
5.3. Istirahatkan Mata
Terapkan Aturan 20-20-20: Setiap 20 menit, alihkan pandangan dari layar komputer atau ponsel dan lihat objek yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Ini membantu mengurangi kelelahan mata digital.
Cukup Tidur: Kurang tidur dapat menyebabkan mata lelah, kering, dan merah.
5.4. Gunakan Tetes Mata Pelumas/Air Mata Buatan
Untuk mata kering ringan hingga sedang, tetes mata pelumas yang dijual bebas dapat memberikan kelembaban dan meredakan iritasi. Pastikan menggunakan tetes mata tanpa pengawet jika Anda sering menggunakannya.
5.5. Kompres Hangat atau Dingin
Kompres Hangat: Dapat membantu meredakan gejala blefaritis, melonggarkan kerak mata, dan membuka kelenjar minyak yang tersumbat.
Kompres Dingin: Efektif untuk mengurangi gatal dan pembengkakan akibat alergi atau iritasi ringan.
5.6. Nutrisi untuk Kesehatan Mata
Konsumsi makanan yang kaya vitamin A, C, E, zinc, dan asam lemak omega-3 (misalnya, ikan berlemak, sayuran hijau gelap, buah beri). Nutrisi ini penting untuk menjaga kesehatan mata secara keseluruhan dan dapat membantu mengurangi peradangan.
Kesimpulan
Mata merah dan berair adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi ringan dan alergi hingga infeksi serius dan kondisi medis yang mengancam penglihatan. Mengenali penyebab yang mendasari adalah kunci untuk penanganan yang tepat dan efektif. Meskipun banyak kasus dapat diatasi dengan perawatan rumahan dan obat bebas, sangat penting untuk mengetahui kapan harus mencari bantuan medis profesional.
Menjaga kebersihan mata, menghindari pemicu yang diketahui, dan menerapkan kebiasaan hidup sehat adalah langkah-langkah pencegahan terbaik. Dengan pemahaman yang komprehensif tentang penyebab dan penanganan mata merah dan berair, Anda dapat mengambil tindakan proaktif untuk melindungi kesehatan mata Anda dan memastikan penglihatan yang optimal dalam jangka panjang.
Jika Anda pernah ragu atau mengalami gejala yang mengkhawatirkan seperti nyeri hebat, perubahan penglihatan mendadak, atau keluarnya nanah, segera konsultasikan dengan dokter mata Anda. Kesehatan mata adalah aset berharga yang patut dijaga dengan serius.