Representasi visual konsep pembelajaran orang dewasa.
Dalam dunia pendidikan, terdapat perbedaan mendasar antara cara anak-anak belajar (pedagogi) dan cara orang dewasa belajar (andragogi). Konsep andragogi, meskipun sering dikaitkan dengan Malcolm Knowles, juga memiliki kontribusi penting dari pemikir lain, salah satunya adalah Alexander Kapp. Alexander Kapp, seorang pendidik dan ahli teori, memberikan perspektif unik mengenai prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif bagi orang dewasa, menekankan pada konteks, relevansi, dan kemandirian pembelajar.
Alexander Kapp memandang proses belajar orang dewasa bukan sekadar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi sebagai proses aktif yang sangat bergantung pada pengalaman hidup dan kebutuhan praktis pembelajar. Berbeda dengan pedagogi yang sering berpusat pada kurikulum yang ditetapkan secara kaku, andragogi Kapp menempatkan pembelajar sebagai pusat dari seluruh proses. Hal ini berarti bahwa materi pelajaran harus relevan dan langsung dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata atau konteks profesional mereka.
Kapp menekankan bahwa orang dewasa membawa beban pengalaman yang kaya ke dalam ruang belajar. Pengalaman ini bukan hanya aset tetapi juga fondasi tempat pengetahuan baru dibangun. Oleh karena itu, metode pengajaran harus dirancang untuk memanfaatkan, mengintegrasikan, dan bahkan menantang pengalaman yang sudah ada tersebut. Ketika pembelajaran terasa terpisah dari realitas mereka, motivasi orang dewasa akan menurun drastis.
Konsep andragogi Kapp dapat diuraikan melalui beberapa pilar utama yang memandu desain pengalaman belajar untuk orang dewasa:
Perbedaan antara pedagogi dan andragogi menurut Kapp terletak pada asumsi dasar mengenai peran pembelajar. Dalam pedagogi, pembelajar dianggap "belum matang" atau belum tahu, sehingga kebutuhan untuk diarahkan tinggi. Dalam andragogi Kapp, pembelajar dewasa dipandang sebagai individu yang memiliki kontrol diri (self-concept) yang kuat dan otonom. Mereka datang untuk belajar karena dorongan internal, bukan karena paksaan eksternal.
Ini menuntut perubahan peran dari instruktur. Instruktur andragogis bertindak sebagai fasilitator, mentor, dan sumber daya, yang membantu peserta didik menavigasi materi dan lingkungan belajar, bukan sebagai penentu mutlak kebenaran. Lingkungan belajar harus didukung oleh rasa hormat timbal balik dan kesediaan untuk berbagi pengetahuan tanpa hierarki yang kaku.
Dalam praktiknya, mengadopsi perspektif Alexander Kapp berarti merancang pelatihan atau pendidikan berkelanjutan dengan lebih banyak dialog, diskusi kelompok, simulasi, dan kesempatan untuk segera mempraktikkan apa yang telah dipelajari. Penilaian (asesmen) juga berubah; alih-alih ujian standar, penilaian lebih berfokus pada demonstrasi kompetensi atau penyelesaian masalah yang relevan.
Konsep andragogi yang ditekankan oleh Alexander Kapp memberikan kerangka kerja yang kuat bagi para pendidik dan pelatih untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, memberdayakan, dan berkelanjutan bagi populasi dewasa. Dengan mengakui kedewasaan, pengalaman, dan kebutuhan mereka akan relevansi langsung, kita dapat membuka potensi belajar maksimal dari setiap individu dewasa.